Chapter 9

435 62 5
                                    

Telepon kantor di meja kerja Singto berdering,

Singto yang sedang memeriksa beberapa berkas menoleh sekilas dan langsung mengangkat panggilan itu.

"Ya, ada apa?"

"Sing, aku ada kabar tentang kejadian 2 tahun silam"

Singto yang mendengarnya langsung menegakkan tubuhnya. "Segera  ke ruanganku, Off. Apapun itu yang kau dapatkan"

Tak lama pintu ruangan Singto terbuka. "Apa yang kau dapatkan, Off. Jangan sampai itu hal yang tidak berguna. Kau sudah merusak pagiku hari ini. Aku jadi tidak bisa bertemu dengan, Krist"

Off memutar bola matanya malas. "Ck, aku juga tidak ingin mobilku tiba-tiba mogok. Ini aku menemukan sesuatu" ucap Off sambil memberikan  sebuah amplop.

Singto membukanya dan melihat isinya dengan seksama.

"Dia mantan barista yang bekerja di bar saat kau mabuk dan pingsan dulu. Dan yang satu lagi adalah managernya"

Singto mengernyit, "lalu hubungannya apa dengan yang terjadi padaku"

"Kau ingat kemarin aku bilang padamu ingin pergi ke bar menemui teman lamaku kan. Aku pergi ke bar ini. Dan tidak sengaja bertemu pemiliknya. Maaf tapi aku lancang menceritakan kejadian yang menimpamu Sing" , jelas Off.

Singto hanya menatap Off seakan menyuruh Off untuk melanjutkan.

"Akhirnya aku menunjukkan fotomu dan Namtan. Dia cukup terkejut. Karena dia sangat ingat jika Namtan pernah beberapa kali datang kesana dulu. Dan hal yang dia ingat saat terakhir kali Namtan pergi ke sana, dia melihat Namtan berbicara lama dengan barista ini. Namun 3 bulan kemudian barista ini mengundurkan diri"

Singto mulai paham, "manager itu?"

"Ingat kan. Setelah kejadian malam itu. Besoknya kita meminta video rekaman cctv. Tapi saat kita cek, rekaman pada waktu itu tidak ada. Hanya seperti kaset rusak. Bisa jadi manager ini turut dalam rencana untuk menjebakmu Sing. Pemilik bar itu tidak bisa menyalahkan managernya seenaknya. Jadi kita harus mengumpulkan buktinya. Satu-satunya cara adalah mencari barista itu dulu"

Singto mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Jika dilihat dari data diri yang dia dapatkan. Barista itu tinggal di kompleks yang sama dengan rumahnya yang disewakan. Sialan, ini cukup dekat, bisa jadi memang Namtan mengenal orang ini.

Namun seketika matanya berbinar. Off yang melihatnya keheranan. "Kenapa kau bahagia sekali. Apa sesenang itu mendapat informasi ini?"

"Aku punya rencana lain untuk menyelidiki barista ini, Off" ucap Singto bersemangat.

Off memuta bola matanya malas, "Aku tau isi otakmu dasar Ped*fil. Terserahmu, aku akan ikut rencanamu. Tapi yang pasti kau harus hati-hati. Dengan melihat semua ini. Sudah terlihat jelas jika Namtan adalah wanita berbahaya" peringat Off serius.

"Aku paham Off. Terimakasih kau telah membantuku" Singto berdiri dan menepuk pundak Off.

Dia kembali duduk dan tersenyum memikirkan rencananya.

.
.
.

"Krist, kau ikut denganku sebentar na. Untuk mengambil barang-barangku. Jam kerjamu masih lama kan." Tanya First pada Krist saat mereka selesai mengikuti kelas terakhir.

Krist mengangguk, "Tapi aku bilang pada Gun dulu ya. Aku takut dia menunggu. Meskipun belum tentu dia  sudah selesai sih. Sebentar" dia mengirimkan pesan pada Gun.

Setelah beberapa saat,
"Ayo. Ternyata Gun masih ada satu kelas lagi. Nanti setelah dari rumahmu kita bisa langsung ke tempat rumah sewaku"

"Ya sudah ayo. Kita naik taksi saja ya. Nanti kembalinya diantar Sopir." ucap First pelan.

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang