Chapter 36

416 53 9
                                    

Pagi Peraya 🐢🦁
Sebelumnya aku mau ngucapin banyak terimakasih untuk 1,7K viewers dan 300 lebih vote yang diberikan. ❤️❤️
Rasanya kayak nggak percaya sumpah. Apalagi ini cerita pertamaku.
Dan aku mau ngasih tau kemungkinan cerita ini akan berakhir di chapter 40 (itupun kalau nggak molor 😁) dan akan diganti oleh cerita yang lain.

So, ditunggu dan terimakasih atas dukungannya ❤️

*****

King merasa persendiannya lemas. Krist dan orang tuanya yang menyadari itu pun mengernyit heran. "Kau kenapa, King?" Tanya sang Ayah dengan menepuk lembut pundak King. King yang tersadar jika semua mata menatap dirinya pun mencoba menetralkan ekspresi dan sikapnya. "Tidak apa, Pho. Aku hanya terkejut saja"

Sang Ibu pun merapatkan duduknya di sebelah Krist. "Nak, Mae tau sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan itu salah. Kalian menjalin hubungan saat Singto masih berstatus sebagai suami orang. Namun jika benar dari awal itu ulah kelicikan Namtan. Pun Mae juga tidak bisa membenarkan itu. Namun, apa kau percaya pada Singto. Mae hanya bertanya tentang keyakinanmu saja. Selebihnya itu keputusanmu"

Krist menundukkan kepalanya, "Kit tidak tau Mae. Kit ingin percaya pada Phi Singto. Tapi anak itu... Apalagi wanita itu sangat yakin jika Phi Singto saat itu mabuk dan melakukan itu dengannya. Namun di sisi lain, aku yakin Phi Singto tidak akan melakukannya Mae. Ini berbeda dengan kasus awal mereka. Disini Phi Singto masih bisa mengingat semuanya" . Krist menghela nafas pelan. "Aku harus bagaimana. Aku bingung. Tadi First dan Gun juga menyuruh Krist untuk mencoba mendengar penjelasan Phi Singto. Tapi hati Krist ragu Mae"

Sang Ayah pun mendekati anak bungsunya, "Ikuti saja kata hatimu. Lagipula Pho juga malas jika dia harus berkali-kali datang dengan wajah melasnya itu. Dan dengan seenaknya memanggilku paman. Dia pikir aku menikah dengan bibinya"

"Pho..." Rengek Krist.

King semakin tertegun mendengar penuturan Krist. Itu tak mungkin terjadi. Dia harus bisa memastikan sendiri pada Namtan setelah ini. Apapun caranya dia harus bisa menemui Namtan.

.
.
.

Singto memasuki mansion ayahnya dengan langkah cepat. Dan segera masuk ke kamar ayahnya. "Bagaimana Pho bisa jatuh?" Tanyanya panik saat memasuki kamar. Terlihat Jane yang duduk disana dan Maid yang memijat kaki ayahnya.

"Tenanglah Sing. Pho tidak apa. Hanya terjatuh saja" ucap Tuan Bonrod tenang. "Bagaimana Pho bisa jatuh?" Tanya Singto sekali lagi. Jane meliriknya takut. Tuan Bonrod memegang lengan Jane mengisyaratkan untuk tidak mengatakan apapun pada Singto.

"Katakan padaku Jane" tekan Singto. Jane menarik nafas dalam. "Maaf Pho. Aku sudah tidak tahan" . Akhirnya Jane menceritakan apa yang sebelumnya terjadi. "Tidak sekali dua kali ini dia bersikap semena-mena dengan para maid. Dan bukan sekali ini dia membentak Pho" ucap Jane pelan di akhir kalimat.

Singto memejamkan matanya erat. Namtan memang tak bisa diberi belas kasihan. Singto ingin keluar dari kamar Tuan Bonrod. "Singto.." panggilnya pelan. Singto menoleh pada sang Ayah. "Jangan terlalu emosi. Dia sedang mengandung" . "Tapi Pho..." . "Sing, Jangan melawan batu dengan batu" ucap Tuan Bonrod pelan.

"Jane. Boleh paman minta tolong buatkan teh hangat?" Jane yang mengerti jika pamannya ingin berbicara berdua dengan sang kakak pun menurut. Dia mengajak maid disana untuk keluar juga.

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang