Krist merebahkan tubuhnya di ranjang. Pipinya tiba-tiba merona. "Kenapa kau merona, Krist. Astaga perasaan apa ini" rengeknya sendirian. Dia melihat jam diatas nakas. Masih pukul 2 siang.
Tadi setelah makan siang dengan Singto. Krist berencana untuk beralasan ingin berbelanja agar Singto tidak mengantarkannya pulang. Namun, yang ada malah Singto bersikeras menemaninya belanja. Dengan alasan ingin membeli sesuatu juga. Mana bisa Krist menolak. Dia sudah kehabisan ide.
Tapi bukan bagian itu yang membuat Krist merona. Namun kelancangan mulutnya sendiri yang membuat dia merona.
"Aakhhhhhh,kau bodoh sekali Krist!!!"
Flashback
Saat memasuki supermarket, Krist mengambil keranjang untuk membawa bahan makanan yang akan ia beli. Namun tangan Singto menahannya.
"Apa cukup jika pakai keranjang sekecil itu?"
Krist mengernyit lalu memandang keranjang yang dibawanya, "cukup saja, Phi. Aku belanja tidak banyak kok"
"Ambil yang besar saja sekalian. Kau tinggal mendorongnya tanpa harus lelah membawanya. Nanti tanganmu sakit" ucap Singto sambil mengambil keranjang yang lebih besar dan mengembalikan keranjang di tangan Krist.
"Itu sungguh berlebihan,Phi" elak Krist pelan.
Singto hanya tersenyum. Lalu mereka mulai memutari supermarket. Singto mengambil banyak Snack dan minuman kaleng. Sedangkan Krist mulai mengisi keranjangnya dengan ayam, daging, telur dan bahan makanan lain secukupnya . Untuk kebutuhannya sampai dia mendapat gaji berikutnya. Dia harus belajar berhemat mulai sekarang. Untung saja dia bisa memasak. "Kenapa diantara bahan makanan ini tidak ada sayur satupun Krist?" Tanya Singto heran.
Krist hanya tersenyum memamerkan giginya yang rapih, "hehe.. aku tidak suka sayur Phi. Mereka tidak enak. Tidak ada rasa. Lebih baik buah-buahan"
Singto hanya menggelengkan kepalanya. "Mulailah belajar makan sayur. Itu baik untuk tubuhmu" nasehat Singto pelan.
Krist hanya terdiam seperti seorang anak yang sedang dimarahi ayahnya.
Saat mereka berniat untuk membayar,
"Apa ini semua dijadikan satu,Tuan?" Tanya Kasir itu ramah.
Krist tersenyum lalu menjawab, "Tolong dipisahkan-". "Iya jadikan satu saja semuanya" Singto memotong cepat. Krist melotot kearah Singto.
Kasir tersebut hanya tersenyum,"Sedang belanja bulanan untuk keperluan rumah tangga ya" lalu lanjut menscan belanjaan mereka. Singto hanya tersenyum, sedangkan Krist. Dia malu sekali. Kenapa jadi seperti dia dan Singto itu pasangan suami istri.
"Totalnya 4200 baht, Tuan"
Singto mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan salah satu kartu yang dimiliki. Setelah selesai melakukan pembayaran mereka berdua langsung keluar dan menuju mobil.
Singto meletakkan kantong belanjaan itu di bagasi. Lalu mereka segera pulang.
"Phi, nanti total belanjaku akan kubayar ya. Maaf merepotkan begini" ucap Krist pelan.
"Siapa yang menyuruhmu membayar. Biarkan saja. Hitung-hitung aku mentraktirmu" ucap Singto dengan senyum mengembang.
Krist tentu saja menolak, "jangan Phi. Ini terlalu banyak untuk sekedar mentraktir" .
Singto tertawa mendengarnya. "Tak apa Krist. Ini tidak seberapa"
"Tapi kan-" , Singto memotong "Jangan tapi-tapi terus Krist. Kita sudah sampai. Mau kubantu membawakan belanjaanmu kedalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Singto-Krist) - PILIHAN HATI
أدب المراهقين[COMPLETED] Hanya berkisah tentang seorang Mahasiswa yang dikejar-kejar oleh Paman pemilik rumah tempatnya tinggal. Krist Perawat Sangpotirat seorang mahasiswa semester empat yang memutuskan untuk menempati salah satu kamar yang disewakan oleh pemi...