Chapter 40 (1)

507 59 4
                                    

Krist bingung saat orang tuanya menyuruh dia berpakaian rapi. "Memangnya kita mau kemana sih Pho. Tumben sekali aku dan Phi King pun harus ikut" . King hanya menggelengkan kepala melihat adiknya yang super cerewet itu. "Sudahlah cepat bersiap. Ini acara teman Pho. Nanti kita terlambat"

Mau tak mau Krist segera menyelesaikan kegiatannya dalam merapikan pakaiannya. Seharian ini moodnya sedikit buruk. Karena Singto tidak menghubunginya. Bahkan pesannya tidak ada satupun yang dibalas. "Heuh.." dia menghela nafas kasar lalu keluar dari kamar dan menyusul orangtuanya yang sudah berada di dalam mobil.

.
.
.

Ketika sampai di tempat acara. Krist terkejut. Kenapa ada keluarga Singto dan Namtan disini. Lalu ia melihat Namtan yang menggandeng lengah Singto erat sambil menatap remeh padanya. Tangannya mengepal. Lagi-lagi Singto mempermainkannya. Lalu apa maksud orang tua dan kakaknya mengajak kemari. Sungguh, Krist ingin menangis dibuatnya. Namun ia tahan. Ia tak mungkin mempermalukan keluarganya disini.

Dia mengernyit heran. Ada Gun, First dan Phi Ja. Lalu Phi Earth dan dokter Mix. Bahkan Phi Godt dengan seseorang yang ia kenali sebagai adik tingkatnya. Kenapa semua ada disini. Keterkejutannya sirna saat tangannya ditarik oleh sang Kakak. "Jangan melamun. Perhatikan langkahmu"

"Jangan sentuh aku !" Sentak Krist pelan. King menghela nafas pelan. "Bersabarlah sedikit Krist". Krist memalingkan wajahnya kearah lain. Dia merasa semua orang telah mengkhianatinya. Astaga, dia ingin berlari dari sini.

Sedangkan orang tua Namtan memandang angkuh keluarga Krist. Setelah mereka tau jika Krist anak dari saingan bisnisnya. Keluarga Sangpotirat.

Suara mic diketuk mengalihkan atensi para tamu. Didepan sana ada tempat yang disulap menjadi panggung kecil, Singto berdiri dengan setelan jasnya. Krist semakin muak melihatnya.

"Selamat malam. Saya disini mengucapkan banyak terimakasih karena sudah datang di acara pesta yang kami persiapkan. Disini saya ingin mengumumkan bawa istri saya, Namtan Tipnaree Ruangroj. Sedang mengandung dan usianya sudah menginjak dua bulan"

Tamu yang datang merasa ikut bahagia dan bertepuk tangan. Kecuali Krist yang berusaha keras menahan air matanya. Matanya bersitatap dengan mata Singto, namun dia langsung memutus kontak mata itu. Hatinya terlalu sakit.

Namtan yang dipanggil hanya tersenyum dan bergegas naik keatas panggung. Dia memakai dress biru sebawah lutut. Perutnya yang masih terlihat sedikit menonjol itu tidak mengusik penampilannya.

Singto menatap kearah Namtan dan tersenyum. "Istriku ini adalah wanita yang kuat. Wanita yang mandiri dan berotak cerdas. Juga seorang wanita yang berkelas" ucap Singto sarkas, namun tidak disadari oleh Namtan.

"Dan-"

"Sing !" Sebuah seruan menghentikan ucapan Singto. Semua orang disana langsung memfokuskan pandangan pada Off yang berteriak pada Singto.

"Kenapa kau tidak sopan sekali" ucap Ibu Namtan angkuh. Singto mengisyaratkan pada ibu mertuanya jika tak apa.

"Ada apa Off. Kenapa kau tiba-tiba memanggilku" tanya Singto.

"Ah maaf semuanya. Di depan ada tamu yang baru datang. Tak apa kan jika mereka masuk. Acaranya sepertinya juga belum dimulai" ucap Off santai tak mengindahkan tatapan tajam orang tua Namtan.

Singto mengangguk. "Ah persilahkan saja untuk masuk. Kita harus menghormati tamu bukan?"

Setelahnya Off mempersilahkan beberapa orang yang terlambat untuk hadir. Saat mereka memasuki gedung. Namtan terpaku ditempat, jantungnya serasa lepas. Dia menatap kearah ibunya. Bagaimana tidak disana, di pintu masuk. Ada Mek dan manager bar yang pernah ditemuinya 2 tahun silam. Dan dibelakangnya masuk seorang pria yang tidak dikenalnya. Kakinya mulai gemetar.

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang