Chapter 28

457 52 9
                                    

Pagi ini, Namtan membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pusing dari kemarin. Tiba-tiba dia merasakan perutnya seperti diaduk. Dia berlari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya. Namun yang keluar hanya cairan kuning keruh.

Dia kembali duduk di ranjangnya. Heran dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Tiba-tiba dia melebarkan matanya dan mengingat sesuatu. Dia segera mengecek tanggal yang ada di ponselnya. Tangannya bergetar. Bagaimana jika yang dipikirannya benar terjadi. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Air matanya jatuh begitu saja.

Setelah terdiam beberapa menit. Dia segera bangkit dan menuju lemarinya. Membuka sebuah kotak dan mengambil alat tes didalamnya. Dia bergegas ke kamar mandi. Setelah menunggu beberapa saat. Dia melihat hasilnya. Tangannya semakin bergetar. Dia menggigit jarinya ketakutan dan panik.

"Bagaimana ini?"

.
.
.

Singto mencoba membangunkan kekasihnya yang masih betah membenamkan wajah pada dada bidang miliknya. "Sayang. Bangun.. kau bilang ingin menemui Phi-mu hmm"

Krist hanya menggeliat pelan dan semakin masuk kedalam pelukan Singto. Singto terkekeh geli dibuatnya, "aku masih mengantuk Phi. Jangan ganggu aku" rengeknya.

"Tapi Phi juga harus ke kantor hari ini. Ada rapat penting sayang" ucap Singto lembut dengan mengusap babyhair milik Krist. Krist membuka matanya perlahan. "Antar aku ke tempat Phi" ucapnya sambil menatap mata Singto sayu. Dia masih sangat mengantuk omong-omong. Hari ini dia libur. Sedangkan Singto harus ke kantor dan menemui koleganya.

Singto mengecup pipi dan bibir milik Krist. Lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Baiklah, Phi akan mengantarmu". Krist memajukan wajahnya. "Cium aku lagi Phi" . Singto tersenyum dan melumat bibir Krist pelan. "Sudah sekarang ayo kita mandi"

"Mandi bersama?" Tanya Krist dengan wajah polosnya. Singto menoel hidung Krist pelan. "Jika mandi bersama, kita akan melakukan hal lain". Krist mengukir pola abstrak di dada Singto. "Lakukan saja. Kenapa memangnya?" Ucapnya lirih sambil sedikit menggoda Singto.

Singto menggeram dan segera bangun lalu menggendong Krist. "Lihat saja kau tak akan selamat Krist. Kau membangunkan singa lapar di pagi hari"

Krist mengalungkan tangannya ke leher Singto dan mereka tertawa bersama. Lalu masuk kedalam kamar mandi. Meskipun tak lama kemudian hanya desahan dan erangan yang terdengar.

Dan,
Maaf bukan konsumsi publik 🙂

.
.
.

Singto menghentikan mobilnya di depan kantor King. Dia menoleh kearah Krist dan mengusa rambutnya pelan, "Hubungi Phi jika akan pulang nanti hmm. Biar Phi jemput" . Krist tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak usah Phi. Aku akan diantar oleh Phi King nanti"

"Kau jadi menemui ayah ibumu?". Krist memainkan tangannya di pangkuan. "Entahlah Phi. Aku masih ragu untuk pulang". Singto tersenyum lalu mencium kening Krist. "Siapkan hatimu dulu". Krist mengangguk, "Kalau begitu aku masuk dulu, na. Phi hati-hati di jalan" ucapnya sambil mencium pipi Singto. "Bye Phi Singto"

Krist segera keluar mobil dan melambaikan tangan pada Singto. Sedangkan Singto tertawa melihat tingkah Krist. Dia ingin kembali melajukan mobilnya. Namun ada panggilan masuk pada ponselnya. Disana terpampang nama ibu mertuanya. Sial, untuk apa dia menelepon pagi-pagi begini.

"Halo, Ma"

"..."

"Ya, Aku sedang ada rapat penting hari ini"

"..."

Setelah mendengar jawaban ibu mertuanya. Mata Singto sontak melebar. Ini tidak mungkin.

"Mama jangan bercanda"

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang