Chapter 26

406 52 1
                                    

Krist, First dan Gun memasuki sebuah cafe bersamaan. Memang hari ini mereka ada janji ingin cafe bersama. Melepas penat dan rindu katanya. Krist yang masuk lebih dulu melihat seseorang yang sepertinya ia kenal. Dia coba mendekatinya,

"Phi Earth" sapa Krist.

Earth yang posisinya duduk membelakangi Krist pun langsung menoleh. "Eh nong Krist. Sedang apa disini". Krist hanya tersenyum dan menjawab "Aku ingin nongkrong dengan First dan Gun" sambil menunjuk keberadaan dua temannya. Gun dan First melambaikan tangan pada Earth dan dibalas senyuman oleh Earth.

Krist mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang duduk di depan Earth. "Ini..." . Pria itu tersenyum pada Krist. "Hai Krist. Bagaimana kabarmu?" . Krist yang baru mengingatnya pun langsung memekik pelan, "Ah dokter Mix !" . "Kabarku baik dokter" lanjut Krist dengan senyum.

Dokter Mix hanya tersenyum, "jangan terlalu formal. Panggil namaku saja" . Krist mengangguk, "akan kupanggil Phi. Karena bagaimanapun Phi lebih tua dariku".

"Ah ya, mumpung ada Krist disini. Jadi ada yang menemanimu Earth. Aku ke toilet dulu ya sebentar" ucap Mix pada Earth dan Krist. Earth hanya mengangguk. Setelah kepergian Mix, Krist mendekatkan dirinya pada Earth. "Sejak kapan dekat dengan dokter Mix, Phi" ucapnya menggoda Earth. Earth salah tingkah dan menyenggol bahu Krist. "Ssstt, diamlah aku sedang mencoba mendekatinya. Kau tak mau apa punya adik ipar seorang dokter"

Krist menepuk bahu Earth pelan. "Adik ipar apa?" . Earth terkikik geli. "Aku kan adik Phi Singto. Kalau aku berhasil dengan Mix dia kan akan jadi adik ipar Phi Singto. Kau kan akan menikah dengannya" ucap Earth balik menggoda. Krist hanya tersenyum malu mendengarnya. "Kurang ajar kau Phi. Kalau begitu aku kembali dulu ke mejaku. Semoga berhasil" . Earth menganggukkan kepalanya.

Krist kembali ke mejanya dan memesan makanan untuk mereka bertiga. Suasana cafe sedikit sepi karena hari yang masih dibilang siang menjelang sore. Hanya ada mereka, Earth dan Mix juga dua orang pelanggan yang lain. Mereka bertiga sedang asyik mengobrol hingga tiba-tiba seorang wanita menarik bahu Krist kencang hingga Krist hampir terjatuh dari kursi.

Sebuah tamparan mendarat di pipi Krist. Membuat mereka bertiga terkejut. "Dasar jalan sialan. Kemana kau menyembunyikan Phi Singto hah!? Kenapa dia tak pernah pulang"

Krist menatap tajam wanita di depannya dan menampar balik wanita yang ternyata Namtan itu. Ingatkan jika Krist tetaplah seorang pria. Yang jelas pukulannya lebih kencang daripada Namtan.

"Berani sekali kau menamparku. Lagipula itu kan suamimu. Kenapa menanyakannya padaku. Apa kau tak bisa mengurus suamimu sendiri !" Ucap Krist tajam. Enak saja harga dirinya diinjak disini.

Namtan memandang Krist dengan penuh amarah, "Jangan bersandiwara seperti kau tak tau apapun. Kau yang merebut suamiku"

First yang jengah pun ikut menimpali,"Merebut apa. Suamimu yang terus mengejar temanku disini"

"Lagipula siapa yang jalang disini. Temanku apa kau Nona?" Lanjut Gun.

Namtan mengambil segelas es cappucino yang dibawa seorang pelayan lalu menyiramkan itu pada wajah Krist. Bongkahan es batu yang masih utuh itu menghantam pelipis Krist cukup keras. Sehingga membuatnya cukup pusing. Membuat pelayan yang membawa nampan itu memekik. Namun Krist tak tinggal diam. Dia mengambil minuman lain di meja dan menyiramnya dari atas kepala Namtan. Sehingga bukan hanya wajah. Namun dari rambut hingga baju Namtan pun ikut basah. Namtan ingin menampar Krist namun sebuah tangan menghalanginya. "Cukup Nam !"

Namtan menoleh ke sumber suara dan melihat Earth yang memegangi tangannya. "Lepaskan aku Earth. Aku ingin memberi pelajaran pada jalang ini. Apa kau tau kakakmu berselingkuh dengannya"

First, Gun dan pelayan tadi sibuk membersihkan muka Krist yang basah. Mix yang melihatnya pun mengecek, "Ya ampun pelipismu sedikit memar Krist"

"Siapa yang kau sebut jalang. Dia calon istri kakakku. Kau jangan mengada-ada" jawab Earth datar dan tenang.

Namtan melebarkan matanya, "Kau mengetahui semua ini Earth dan kau diam saja !"

"Lalu apa yang harus kulakukan selain mendukung kakakku untuk menguak kebenaran. Pelayan tolong bawa wanita gila ini keluar. Dia sudah menyerang saudaraku". Dua orang pelayan pria membawa Namtan keluar dari sana. "Maaf nona kau membuat kekacauan disini

Namtan meronta, "lepaskan aku. Sialan. Awas kau Krist !" Teriaknya.

Earth melihat keadaan Krist. "Kau tak apa Krist?" . Mix yang menjawab, "pelipisnya sedikit memar Earth. Aku ada plester dan obat pereda memar di tas. Sebentar ku ambil dulu" .ucapnya sambil berlari ke arah mejanya.

"Apa perlu menghubungi Paman Singto?" Tanya First dan diangguki oleh Gun.

Krist menggeleng. "Tak perlu. Biar ku selesaikan sendiri nanti. Kalian tak perlu khawatir. Aku tak apa" ucap Krist pelan. Mix yang datang segera memberikan obat pada pelipis Krist dan memasangkan plester disana. "Lebih baik kau pulang saja Krist" ucap Mix.

"Iya, ayo kita pulang saja ya" tambah Gun. Dan Krist pun mengangguk. "Kalian hati-hati ya" . "Baik, Phi Earth" jawab First dan menuntun Krist bersama Gun untuk kembali ke rumah.

.
.
.

Namtan memasuki lobi kantor dimana Singto bekerja. Dia tak peduli dengan keadaannya yang basah kuyup dan menjadi pusat perhatian semua orang. Dia harus menemui Singto saat ini juga. Singto tidak pulang hampir lebih dari 2 Minggu. Bahkan saat orang tuanya datang. Singto tidak kunjung pulang. Membuat orang tuanya mulai curiga.

"Kemana suamiku!?".,ucapnya pada asisten Singto yang berada di depan ruangan Singto. Wanita itu terkejut melihat kedatangan Namtan. "Tuan Singto ada didalam Nyonya. Namun beliau tidak bisa diganggu. Karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan"

"Ck, persetan" Namtan langsung berusaha masuk ke dalam ruangan Singto. "Nyonya.. nyonya.. tunggu. Kau tidak bisa masuk" teriak asisten Singto ingin menahan Namtan.

Namtan segera membuka pintu ruangan Singto dengan kencang. Singto tentu terkejut melihatnya. "Maaf Tuan. Nyonya sudah saya beritahu untuk tidak masuk ke dalam. Tapi Nyonya memaksa" ucap asisten Singto dengan tertunduk.

"Tak apa, kau keluarlah" asisten itu hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Singto datar.

"Seharusnya aku yang bertanya Phi. Kemana saja kau selama ini. Kenapa kau tak pulang ke rumah. Bahkan saat orang tuaku datang kau pun tidak kunjung datang. Padahal kau bilang kau akan pulang !" Ucap Namtan penuh amarah.

Singto berdiri dari kursinya dan membenahi jasnya. "Tentu saja aku sedang bersama kekasihku. Apa urusanmu?" Ucap Singto tenang.

"Phi sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti ini. Sampai kapanpun aku tak akan melepasmu. Kau tau itu !" Ucap Namtan sambil menunjuk wajah Singto.

Singto hanya tertawa meremehkan, "Jika aku menceraikanmu sekarang aku juga bisa, mau kau menyetujuinya atau tidak tapi– , aku ingin sebuah permainan yang menyenangkan"

Tok tok tok

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. "Masuk" ucap Singto.

Seorang pria masuk, "Tuan, saya membawakan laporan dari divisi keuangan" . Namtan yang sebelumnya berdiri membelakangi pria itu. Menoleh dan melebarkan matanya.

"Ah masuklah Mek. Biar ku periksa laporannya"

Namtan masih ternganga mendapati Mek. Kenapa Mek ada disini. Mengapa Singto kenal dengan Mek. Mek pun melirik kehadiran Namtan. Dia tadi sedang menyusun laporan tiba-tiba disuruh untuk menemui Singto di ruangan dan membawa laporan yang sudah selesai. Ternyata ada Namtan disini.

"Kenapa kau menatap karyawanku seperti itu. Apa mau mengenalnya?" Tanya Singto sambil mengangkat sebelah alisnya.

Namtan hanya menggelengkan kepalanya. Singto tidak tau kan?


TBC,

See ya ❤️

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang