Chapter 20

423 54 0
                                    

Mobil Singto memasuki pekarangan dari sebuah mansion besar. Bahkan dari gerbang menuju pintu utama jaraknya bisa sekitar 500 meter. Krist menatap pemandangan di sekitarnya dengan takjub. Ada kolam ikan didepannya. Tanaman-tanaman hijau juga melingkupi mansion ini. Juga taman kecil yang penuh dengan bunga. Bahkan didepan tadi berjajar beberapa orang dengan pakaian serba hitamnya. Krist penasaran, Singto ingin membawanya kemana.

"Phi ini rumah siapa?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandang.

Singto tersenyum melihat kekasihnya sangat menikmati suasana disini. "Ini rumah masa kecilku" . Krist spontan menoleh. "Rumah masa kecil. Maksudmu ini.."

"Iya ini rumah orang tuaku sayang. Namun hanya ada Pho di dalam. Mae sudah lama meninggal. Dan juga ada–" kalimat Singto terpotong. "Phi kenapa mengajakku kemari. Phi ingin di cincang oleh Ayah Phi karena mengajak selingkuhan Phi ke rumah???"

"Memang siapa yang ingin mengenalkan kau sebagai kekasihku hmm. Bisa saja aku bilang jika kau ini temanku, karyawanku atau kolega Bisnisku. Aku juga pernah mengajak Off kemari". Sungguh Singto hanya berniat bercanda. Tapi sepertinya Krist menganggapnya lain. Ekspresinya berubah masam. Moodnya turun drastis. Singto yang menyadarinya berhenti tertawa. "Hei sayang. Phi bercanda"

Krist hanya diam saja. Lalu, "Kita akan tetap di dalam mobil atau turun dan masuk ke dalam. Aku tak sabar bertemu dengan ayahmu dan memperkenalkan diri sebagai karyawanmu" . Oke, Sing. Kau menggali lubang untuk makammu sendiri. Krist benar-benar tersinggung sepertinya. Singto turun dari mobil dan hendak membukakan pintu untuk Krist. Namun, Krist sudah turun duluan.

"Sayang. Phi tidak bermaksud–"

"Phi Singto !!!!!!" Teriak seorang remaja perempuan yang berlari dari dalam rumah dan langsung menerjang memeluk Singto erat. Singto tentu saja terkejut. Namun tidak dengan Krist, tatapan matanya menajam. Siapa pula wanita ini.

"Aku sangat merindukan Phi. Saat Pho mengatakan jika Phi akan datang hari ini aku sangat senang. Aku sudah mempersiapkan banyak makanan kesukaan Phi. Dibantu oleh maid disini" ucap perempuan itu bahagia.

Dahi Krist mengernyit. Pho? Apa dia adik Singto? Tapi Singto bilang dia anak tunggal. Lalu kenapa perempuan ini memanggil ayah Singto dengan sebutan Pho. Atau ini istri keduanya. Pikiran Krist berkecamuk. Dari awal kalimat Singto yang terlontar tadi sudah membuat suasana hatinya tidak bagus. Dan sekarang makin memburuk.

Singto sungguh merasa ada aura negatif yang menguar dari Krist. Dia menelan ludah kasar. Dia melepas pelukan remaja itu pelan. "Ayo kita masuk dulu dan berbicara di dalam". Remaja itu hanya mengangguk dan menggandeng lengan Singto erat. Singto mencoba menggapai lengan Krist tapi Krist menjauhkannya. "Aku bisa jalan sendiri"

Mereka berjalan beriringan bertiga. Ayah Singto menyambut kedatangan anaknya. "Selamat datang Sing. Akhirnya kau pulang menemui Pho" . Singto tersenyum dan langsung memeluk ayahnya erat. Krist memalingkan wajah. Dia jadi teringat ayahnya sendiri. Apa ayahnya pernah merindukannya seperti Ayah Singto yang selalu merindukan kepulangan Singto. Ya ampun. Hatinya semakin memburuk saja rasanya.

"Singto juga merindukan Pho. Maaf baru bisa berkunjung". Ayah Singto tersenyum lalu beralih ke remaja yang masih bergelayut di lengan Singto. "Siapkan makanan untuk tamu kita" . Remaja itu tersenyum, "Baik Pho"

Ayah Singto beralih menatap Krist. Dia tersenyum ramah. "Kau membawa seseorang Sing. Siapa dia?"

"Ah ini–". "Saya Krist, Tuan. Sekretaris Phi Singto yang baru" belum selesai Singto menjawab. Krist sudah memotongnya duluan. Habislah Singto setelah ini. Kekasihnya benar-benar memiliki mood yang buruk karena ucapannya.

"Salam kenal Krist. Aku ayahnya Singto. Kau mungkin lelah karena perjalanan dari kota hingga kemari lumayan jauh" ujar Ayah Singto ramah.

"Tidak Tuan. Tidak terlalu melelahkan. Apalagi disuguhkan dengan pemandangan indah disini" jawab Krist dengan senyum

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang