*triple up guys 😂
Warning
Mature Content !!!🔞🔞.
.
.Singto memasuki rumah sewanya dengan langkah ringan sore ini. Dia puas melihat wajah Namtan yang memucat tadi. Bahkan setelahnya Namtan langsung keluar ruangan tanpa berbicara apapun.
Dia memasuki rumah dan melihat Earth dan Mix yang sedang duduk di sofa depan. Dia mengernyit, dia memang tau kedekatan Earth dan dokter muda itu. Tapi kenapa dengan ekspresi wajah mereka. Belum lagi First dan Gun yang baru saja turun dari lantai atas dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Ada apa?"
First dan Gun melihat ke arah Earth. Mereka tidak berani untuk menjelaskan.
Earth akhirnya membuka suara. "Tadi Namtan menyerang Krist di cafe. Untung saja ada aku yang melerai tadi. Jika tidak mungkin mereka akan bertengkar hebat disana"
Singto terkejut mendengarnya. "Lalu bagaimana keadaan Krist?"
"Hanya pelipisnya yang memar. Tadi wanita itu menyiramnya dengan minuman yang masih terdapat es batunya. Mungkin terlalu kencang mengenai pelipisnya" jelas Mix pelan. Dia baru tau permasalahannya. Earth menceritakan semuanya tadi. Namun dia tidak ingin ikut campur.
Singto mengepalkan tangannya. "Wanita sialan. Sekarang dimana Krist?"
"Dia diatas Paman. Sedang istirahat. Dia mengaku sedikit pusing" jawab First. Gun yang masih merasa emosi akhirnya berbicara, "Paman, tolong lindungi Krist dari wanita itu. Jangan membuat temanku dalam keadaan bahaya lebih dari ini"
Singto tidak menjawab apapun. Dia langsung bergegas naik ke atas. Dengan terburu dia membuka pintu kamar Krist dan menghampiri kekasihnya yang sedang berbaring dengan setengah duduk itu. Krist membuka matanya setelah mendengar ada yang masuk. "Sayang, kau tidak apa. Apa yang wanita itu lakukan padamu?"
"Phi. Aku tak apa Phi. Hanya sedikit pusing" jawabnya sambil tersenyum.
"Aku akan memberi pelajaran pada wanita itu" ucap Singto sambil ingin bangkit dari sebelah Krist. Namun Krist memegang tangan Singto. "Jangan tinggalkan aku Phi. Disini saja temani aku na. Aku takut"
Singto yang melihatnya menjadi tak tega dan beralih memeluk tubuh Krist erat. Sedangkan Krist hanya tersenyum miring. Dia harus terlihat lemah di mata Singto. Agar Singto semakin membenci Namtan. Krist bukan ingin memanfaatkan Singto sepenuhnya. Dia hanya ingin membalaskan sakit hatinya.
Singto melepas pelukannya mendapati air mata yang menetes di pipi sang kekasih. Dia mengusap pelan dengan ibu jarinya. "Jangan menangis dan jangan takut. Phi tidak akan membiarkanmu terluka"
Singto mendekatkan wajahnya pada wajah Krist. Lalu memagut bibir kekasihnya pelan.
Kecupan demi kecupan itu berubah menjadi lumatan. Krist mengeratkan pegangannya pada jas yang Singto pakai. Singto mulai mengetuk bibir Krist dengan lidahnya meminta akses masuk lebih dalam lagi.
Krist sedikit membuka mulutnya. Singto dengan cepat membiarkan lidahnya masuk dan membelit lidah Krist. Bunyi kecipak basah memenuhi ruangan itu. "Eungghh" lenguhan Krist akhirnya terdengar. Libido Singto yang sudah dia tahan beberapa hari terakhir ini semakin tak tertahankan. Krist menepuk dada Singto pelan, dia butuh oksigen. Benang saliva terjalin diantara keduanya. "Phi tak ingin mandi dulu?". Suara Krist mendayu yang menurut Singto sangat menggoda.
"Untuk apa Phi mandi. Nanti kita akan berkeringat lagi" jawabnya lalu menyerang leher milik Krist.
Krist mendongak memberikan akses lebih untuk Singto. Mulutnya terbuka, desahannya tertahan. Singto menjilati daun telinga dan leher Krist. Lalu memberikan kissmark disana. Singto mendorong Krist untuk merebah diatas kasur. Sebelah lututnya melebarkan kaki Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Singto-Krist) - PILIHAN HATI
Teen Fiction[COMPLETED] Hanya berkisah tentang seorang Mahasiswa yang dikejar-kejar oleh Paman pemilik rumah tempatnya tinggal. Krist Perawat Sangpotirat seorang mahasiswa semester empat yang memutuskan untuk menempati salah satu kamar yang disewakan oleh pemi...