Chapter 19

510 57 12
                                    

Tok tok tok

Suara pintu diketuk pelan. Seorang pria dengan umur berkisar 25 tahun segera berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang. Mengingat sekarang banyak yang mencarinya. Setelah mengintip lewat jendela, ia melihat seorang perempuan. Dia seperti mengingat perempuan itu. Dia membuka pintu perlahan. "Maaf Nona, mencari siapa?" . Perempuan itupun menoleh ke belakang. Pria itu pun mengingatnya. Dia perempuan asing yang menyuruhnya memberi obat perangsang pada saat di bar dulu.

"Ada apa mencari saya. Seingat saya, saya sudah tidak memiliki hutang padamu" tanya pria itu. Perempuan yang ternyata Namtan itu tersenyum,"Aku tidak akan berbasa basi". Namtan merogoh tas yang dibawanya dan mengeluarkan sebuah amplop tebal dan menyerahkannya pada pria itu. "Mungkin setelah ini akan ada yang mencarimu. Dan menanyakan tentang kejadian di bar dulu. Tugasmu hanya perlu bungkam dan jangan menyeretku ke dalam masalah itu. Kukira uang ini cukup untuk biaya pengobatan ibumu selama beberapa bulan ke depan". Pria itu menatap amplop yang diberikan Namtan. Dia bingung apakah harus menerimanya atau tidak. Namun jika dia tidak menerimanya, dia sedang membutuhkan banyak biaya untuk ibunya. Hutangnya pun sudah semakin menumpuk.

"Ambillah. Jangan diam saja" ucap Namtan pelan. Pria itu dengan ragu mengambil amplop yang ada di tangan Namtan. "Kuharap kau bisa bekerja sama denganku. Aku permisi". Pria itu menatap kepergian Namtan. Tanpa mengetahui ada yang memperhatikan mereka.

Disaat pria itu ingin kembali masuk ke dalam rumah, tiba-tiba ..

"Mek Jirakit Thawornwong !"

Pria itu sontak menoleh. Wajahnya memucat. Takut jika lagi-lagi rentenir sedang mencarinya. "Siapa kau?",saat melihat orang itu berpakaian rapi tidak seperti rentenir pada umumnya.

"Ibumu sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya. Hutang yang berjumlah 200.000 baht lebih. Dan.. seorang adik bernama Mook yang sedang bersekolah di Bangkok."

Pria bernama Mek itu semakin pucat. Bagaimana orang ini bisa tau tentang dirinya bahkan tentang Mook. Sesuatu yang selama ini ia sembunyikan. Karena ia tak ingin ada yang mengganggu adiknya itu. Cukup dia saja. Dia yang bertanggung jawab atas keduanya semenjak meninggalnya sang Ayah.

"Kenapa kau tau semua tentangku. Siapa kau sebenarnya?"ucap Mek panik.

Orang itu hanya tersenyum lalu berjalan mendekati Mek, merangkul pundaknya. Dan membisikkan sesuatu pada Mek. "Jika kau ingin keduanya selamat. Pengobatan ibumu teratasi. Dan semua hutangmu terbayar lunas. Kau harus bisa kuajak bekerjasama Tuan Mek. Dan aku berharap kau bisa kooperatif disini.

Mek yang takut hanya mengangguk dan mengajak masuk orang itu. "Tolong jangan sakiti Ibu atau adik saya", mohonnya. Orang itu hanya tersenyum. "Tergantung sikapmu".

.
.
.

Semua karyawan menatap kedatangan Singto dan seorang pria manis. Singto memeluk pinggang Krist erat, sedangkan Krist seperti tak merasa risih sama sekali. Seantero gedung kantor ini juga tahu tentang pernikahan karena dijodohkan sang bos dan istrinya. Bahkan sikap dingin yang selalu bos mereka perlihatkan pada istrinya maupun mereka.

Namun, lihatlah ini. Bahkan bosnya tertawa lebar sambil terus merangkul mesra pinggang seorang lelaki manis. Seperti yang lain hanya udara. Saat tiba di depan ruangannya dia memberikan perintah kepada asistennya yang bertugas mengurus tamu yang datang ingin menemuinya. "Jika ada tamu untukku. Bilang jika aku sedang sibuk di dalam. Jadi kau harus memberitahuku dulu. Kau mengerti?". Wanita yang bertugas sebagai asisten itu hanya mengangguk. "Baik, Pak" . Singto menggandeng tangan Krist dan mengajaknya masuk ke dalam ruangannya.

"Kantormu besar sekali, Phi. Kau benar-benar seorang bos ya. Bahkan ruanganku sangat luas" tanya Krist sambil memandangi ruangan kerja Singto.

Singto hanya tersenyum, "kau tak akan bosan jika menemaniku bekerja disini sebagai sekretaris. Nanti akan kuberikan satu meja lagi untukmu"

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang