Mereka masih berpelukan erat. King melepas pelukannya lebih dulu. "Maaf Phi berlebihan ya" . Krist menggelengkan kepalanya pelan. Bohong jika dia tidak kasihan melihat keadaan King sekarang. Apa sebegitu keterlaluannya kah dia yang terlalu membenci kakaknya ini. Padahal kakaknya tidak salah apapun.
"Phi–"
"Kit minta maaf na Phi. Tak seharusnya Kit membenci Phi" ucap Krist pelan seraya menundukkan kepalanya. Tak terasa air matanya jatuh menetes.
King yang mendengarnya pun menggelengkan kepalanya pelan, "hey tidak Kit. Kau tidak bersalah. Sudah menjadi hal yang wajar jika kau merasa kecewa pada kami. Apalagi pada Phi. Maaf Phi tidak bisa menjadi kakak yang mampu melindungi dirimu"
Krist memeluk kakaknya kembali. Saat mereka kecil. Mereka sering bermain bersama. Menghabiskan waktu untuk berkemah di belakang rumah. Atau mungkin hanya sekedar tidur bersama tiap malam. Semakin dewasa momen seperti itu semakin berkurang. Bahkan semakin kesini hampir tidak pernah terjadi lagi. Untuk mengobrol pun sukit karena kesibukan masing-masing. Membuat satu sama lain merasa semakin menjauh. Tapi tak apa. Mereka masih bisa memperbaiki segalanya.
King membalas pelukan Krist erat. "Tak apa. Menangislah di pelukan Phi seperti ini"
Setelah mereka sama-sama menenangkan diri. Mereka terduduk di sofa dalam ruangan King. "Apa kau sudah makan siang. Mau Phi pesankan makanan?"
Krist menggeleng, "tidak usah Phi. Aku tidak lapar. Lagipula ini belum masuk jam makan siang"
"Hmm, baiklah. Sekarang Phi boleh bertanya. Selain ingin bertemu dengan Phi. Kau ingin membicarakan sesuatu dengan Phi?" Tanya King sambil memegang tangan adiknya.
Krist nampak ragu untuk bertanya. "Tak apa katakan saja pada Phi"
"Ehm, bagaimana keadaan Mae dan Pho?" Tanya Krist pelan.
King tersenyum lembut. "Mereka baik-baik saja. Apa kau ingin bertemu dengan mereka juga?" . Krist terdiam. Dia belum siap bertemu orang tuanya lagi. Terutama ayahnya.
King mengusap rambut Krist pelan. "Tak apa. Phi tak akan memaksa jika kau belum siap"
Krist menatap kakaknya. Sebenarnya ada sesuatu lagi yang ingin dia tanyakan. "Ehm Phi?"
"Ya Kit"
"Apa.. apa Phi mengenal wanita yang bernama Namtan?"
King menghentikan usapannya pada rambut Krist. Tubuhnya mendadak kaku. Mengapa adiknya menanyakan ini padanya. Apa adiknya sudah tau. Apa Krist akan membencinya lagi.
"Kenapa Phi diam saja. Jawab aku Phi. Apa Phi mengenalnya?" Desak Krist.
King menundukkan kepalanya dan meremat tangam di pangkuannya. "Kenapa kau tanyakan itu nong?"
Krist menghela nafas pelan, "Kalau aku bilang jika dia sudah memiliki suami apa Phi percaya?"
King menegakkan tubuhnya. Lalu menatap adiknya setelah mengumpulkan keberaniannya. "Phi tau jika Namtan sudah memiliki suami"
Krist melebarkan matanya. Jika King sudah tau. Mengapa dia masih tetap berhubungan dengan Namtan. Dia pikir selama ini King tidak tau tentang status Namtan.
"Phi dan Namtan saling mengenal jauh sebelum Namtan mengenal Singto. Bahkan Phi pernah menyukainya–, ah tidak. Mungkin hingga sekarang"
"Lalu kenapa Phi masih berhubungan dengannya jika Phi tau dia–"
"Jika Phi bertanya balik. Kenapa kau bisa menjadi kekasih suaminya Kit?"tanya King memotong ucapan Krist.
Krist menelan ludahnya kasar. Tentu saja King akan tau. Dan tentu saja Namtan pasti bercerita. Tapi Krist tak akan mundur. Dia meyakini perasaannya pada Singto
KAMU SEDANG MEMBACA
(Singto-Krist) - PILIHAN HATI
Teen Fiction[COMPLETED] Hanya berkisah tentang seorang Mahasiswa yang dikejar-kejar oleh Paman pemilik rumah tempatnya tinggal. Krist Perawat Sangpotirat seorang mahasiswa semester empat yang memutuskan untuk menempati salah satu kamar yang disewakan oleh pemi...