Chapter 2

9.9K 713 81
                                    

"Woi, Galuh!!" teriakan cempreng Zella menarik perhatian seorang cowok berperawakan tinggi yang berdiri di dekat tembok belakang sekolah.

Zella berlari kencang menghampiri Galuh lalu melompat dan merangkul bahu cowok itu lantaran tingginya yang hanya sebatas bahu Galuh saja. Itu pun lebih pendek lagi. Memang dasar, Galuh adalah cowok yang amat tinggi.

Zella tertawa lebar lalu menepuk punggung Galuh agak kuat. "Terlambat lagi kan, lo?! Sama kita, bro!"

"Yaelah, kalau lo sih gak heran," balas Galuh seraya melirik sinis ke arah Zella.

Zella mendengkus kasar. Dia berkacak pinggang sambil melihat tembok sekolah yang tidak terlalu tinggi. Biasanya, ini jalan yang dijadikan murid-murid terlambat sebagai jalan masuk ke sekolah. Sebab jika lewat melalui gerbang, tentu sudah ditutup oleh satpam. Jika pun diberi masuk, harus melewati hukuman dari guru BK.

"Manjat lagi, deh," gumam Zella sambil menepuk-nepuk tangannya seperti membersihkan noda.

Zella menghembuskan napas dinginnya ke telapak tangan lalu memerintah Galuh untuk berjongkok. "Woi, itu sepatu lo buka dulu! Ntar seragam sekolah sekolah gue kotor!" omel Galuh.

"Santai aja, Gal. Gue inget, kok. Lo seperti kenal gue baru-baru ini. Padahal, kita udah sahabat dari lama."

"Elah, cepetan! Ntar guru BK ngecek bagian gedung belakang."

Satu kaki Zella naik ke bahu Galuh, lalu satu kakinya lagi menyusul. Galuh berdiri perlahan dan Zella meraih bagian atas tembok. Gadis itu bernapas lega setelah berhasil duduk di atas tembok. Namun, mendadak Galuh yang ingin naik juga terpaksa harus mendorong Zella hingga gadis itu jatuh telungkup di atas tanah.

Galuh yang masih duduk di atas tembok terbahak lebar. Zella merintih kecil lantaran badannya terasa remuk. Gadis itu pun berusaha duduk dan menoleh ke samping untuk melihat keadaan apakah kira-kira ada yang melihat dirinya jatuh secara tidak elit.

Zella membelalak lebar ketika melihat Arderas duduk di sebuah batu besar yang tak jauh dari posisinya. Cowok itu juga sama kagetnya sampai-sampai rokok belum hidup yang menggantung di bibirnya terjatuh di atas tanah.

"Aduh, dasar anak-anak nakal!!" teriakan Bu Lia, si guru BK membuat perhatian mereka tertarik pada guru muda itu.

Zella langsung berdiri. Galuh langsung turun ke bawah. Dan Arderas juga ikut berdiri namun kaki cowok itu memijak rokok yang tadi jatuh agar tidak kelihatan oleh Bu Lia.

"Kamu berdua terlambat dan kamu bolos pelajaran! Ayo, ikut ibu. Kalian akan mendapatkan hukuman!"

Ketiga sejoli itu mengikuti Bu Lia dengan terpaksa. Zella berjalan sambil menunduk lesu. Sedangkan kedua cowok itu bisa-bisanya hanya santai saja. Bu Lia berhenti di depan perpustakaan.

"Kebetulan ada banyak buku yang belum di susun pada rak yang sesuai. Dan juga ada yang berdebu, bisa kalian bersihkan dan susun buku tersebut? Jika sudah selesai, kalian boleh masuk ke kelas. Dan kamu Arderas, jangan sampai bolos lagi!"

"Lo sih!" Zella menyenggol lengan Galuh kuat sampai cowok itu oleng dan menabrak dinding.

"Gila, nih, cewek," gumam Galuh seraya geleng-geleng kepala melihat Zella yang sudah membawa kemoceng sambil mengomel tidak jelas.

"Woi, Galuh! Bantuin cepet!" teriak Zella.

"Mentang-mentang penjaga perpus lagi gak tugas, lo seenaknya teriak-teriak seperti tarzan!" balas Galuh ikut berteriak.

Arderas hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran kecil antar kedua sahabat itu. Walau tidak mengenal lebih dalam tentang keduanya, Arderas dapat menyimpulkan bahwa mereka sahabat karib yang sudah biasa bertengkar kecil. Nantinya akan baikan lagi.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang