Chapter 23

4.5K 384 114
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Mata Zella sontak membelalak lebar setelah membaca deretan pesan yang baru saja Ethan kirim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata Zella sontak membelalak lebar setelah membaca deretan pesan yang baru saja Ethan kirim. Jantung gadis itu berdegub kencang. Zella pun segera meraih jaket kulit yang tergantung di belakang pintu dan meraih kunci mobil di atas nakas.

Saat keluar dari kamar, kegelapan langsung menyambut penglihatan Zella. Seluruh lampu dimatikan sebab sekarang sudah waktunya untuk istirahat. Setelah pulang dari acara kolega bisnis itu, Vigo langsung tidur dan tidak berbicara apapun dengan Zella.

Dan Zella menganggap bahwa dia aman. Gadis itu berjalan cepat menuruni tangga dan keluar dari rumahnya. Mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi untuk cepat sampai ke apartemen Ethan. Cowok itu sudah mengirimkan lokasi apartemen nya lewat pesan whatsapp tadi.

Sesampainya di depan kamar apartemen Ethan, pintu langsung terbuka. Seolah-olah Ethan sudah mendapatkan sinyal jika Zella sudah sampai. "Dia di kamar," ujar Ethan.

Zella mengangguk singkat, dan segera membuka pintu kamar Ethan. Zella dapat melihat Arderas yang tertidur di atas ranjang dengan posisi telungkup. Saat Zella mendekat, ternyata Arderas belum sepenuhnya tidur. Hanya mata cowok itu saja yang terpejam, tetapi mulutnya berbicara pelan, lebih seperti gumaman kecil.

"Damn, I need you, Zella!"

"I need you right now!"

Mendadak Arderas berteriak. Lalu berubah posisi menjadi telentang. Zella pun segera mendekat, makin mendekat. Lalu berjongkok di pinggir ranjang, kebetulan posisi Arderas juga dekat dengan pinggiran.

Arderas menghadap ke samping, lalu membuka matanya. Dia pun tersenyum. "Gue membayangkan lo ada di sini, Zel. Padahal, mana mungkin lo tau apart Ethan." Zella dapat merasakan bau alkohol dari terpaan napas Arderas.

"Kenapa gue jadi sayang banget sama lo, Zella. Kenapa lo terus-terusan ada di pikiran gue."

Zella tersenyum. Sungguh Arderas sangat menggemaskan lantaran cowok itu merengek seperti anak kecil.

Zella pun tertawa kecil.

"Jangan tertawa, Zella. Kenapa tawa lo terasa nyata, ya? Padahal ini cuma halusinasi gue. Aaa, Zella I miss you so bad."

"Zella, gue pengen meluk lo. Pengen lo ada di dekat gue terus."

Zella masih tak kuasa menghentikan senyum yang sedari tadi menghiasi bibirnya. Tangan gadis itu beranjak hendak mengelus pipi Arderas sebelum tangan besar cowok itu menangkap tangannya, lalu diarahkan sendiri ke pipinya.

"Kan, beneran seperti nyata. Kenapa gue berhalusinasi bisa merasakan sentuhan lo, Zel?"

Zella tertawa lagi, kali ini lebih kuat. "Gue ada di sini, Kai," ucap Zella lembut, mengelus pipi Arderas.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang