Mereka duduk melingkari api unggun. Hanya beberapa orang saja yang mengikuti permainan yang di buat oleh Seren. Permainan aneh yang baru kali ini Zella ikuti. Dimulai dari Seren yang memasukkan ujung tisu ke mulutnya, lalu orang di sebelah Seren mengambil tisu tersebut dengan bibirnya.
Zella mengamati dengan was-was jika giliran Dean, cowok itu sengaja mengoyak tisu dengan bibirnya lumayan kecil. Sialnya, mengapa Zella yang harus mendapat giliran setelah Dean. Tisu di bibir Dean amat kecil, jika Zella mengambil tisu tersebut dari bibir Dean, Zella kurang yakin jika bibir mereka tidak bersentuhan walaupun Zella berusaha mengambil bagian paling ujung dan agak jauh.
"Boleh gue mengundurkan diri dari permainan ini?" tanya Zella seraya melirik tisu yang masih menggantung di bibir Dean.
"Jangan curang kamu. Kan, udah sesuai perjanjian," balas Seren agak jengkel.
"Ya, kenapa harus Zella coba dapat giliran terakhir?" omel Zella kesal.
Diam sesaat, sebelum Zella mencondongkan badannya mendekati Dean. Semakin dekat, sampai bibir Zella menyentuh ujung tisu tersebut. Namun, Dean yang jahil malah memasukkan lebih dalam tisu tersebut ke dalam mulutnya.
Dean sialan!
Zella terpaksa lebih mendekat, sempat dia melirik ke sekitar. Orang-orang begitu tidak sabaran sekali melihat bibir Zella dan Dean bersentuhan, padahal Zella akan pastikan itu tidak akan terjadi.
Zella juga sempat melirik Arderas yang duduk tak jauh darinya. Cowok itu menatapnya santai. Arderas beruntung karena diijinkan tidak mengikuti permainan ini. Namun, mendadak Arderas bangkit dari posisi duduknya. Cowok itu berjalan cepat menghampiri Zella dan menariknya secara paksa untuk berdiri.
"Ayo pulang," ucap Arderas.
Zella menaikkan sebelah alis. Lalu mengangkat tinggi kunci mobil di depan wajah Arderas. "Permainan belum selesai dan gue bawa mobil sendiri. Dan juga, gue harus mengantar Alora kembali."
Arderas memajukan wajahnya, berbisik di telinga Zella, "Seharusnya lo berterima kasih pada gue karena membantu lo keluar dari permainan ini."
Arderas merampas kunci mobil milik Zella, lalu dia lemparkan pada Ethan. "Antar Alora dan bawa mobil Zella balik ke rumah dia."
Ethan tersenyum lebar lalu mengacungkan ibu jari di udara. Arderas menatap tajam ke seluruh orang yang memperhatikan mereka sebelum menarik Zella keluar dari rumah Seren.
Arderas mendorong pelan punggung Zella untuk masuk ke dalam mobilnya. Kemudian cowok itu menyusul masuk ke dalam mobil juga. Zella menghembuskan napas panjang, bersandar pada sandaran kursi. Gadis itu memejamkan mata selama sisa perjalanan.
"Jangan dekat sama Dean lagi," ucap Arderas memecahkan keheningan.
Zella membuka matanya. Lalu menoleh pada Arderas. "Kenapa?"
"Seren dekat sama Dean. Dan Seren sengaja mendekatkan lo dengan Dean karena permintaan cowok itu. Dean lagi mengincar lo."
"Kenapa gue?"
"Dia tertarik dengan lo?" Arderas melirik tipis pada Zella sebelum kembali fokus pada jalanan di depan.
"Akhir-akhir ini, banyak cowok yang tertarik sama gue, ya. Termasuk elo," ucap Zella tertawa geli.
"Dean berpikir kalau lo adalah kelemahan gue, jadi dia bisa melakukan apa saja untuk mengalahkan gue termasuk menyakiti orang yang gue sayang," jelas Arderas. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Arderas, tidak bernada. Datar sekali.
Zella kini sepenuhnya menghadap Arderas. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan. "Jadi, benar kalau gue orang yang lo sayang?" tanya Zella sembari tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...