"Padahal, semalam hanya ulangan biasa. Tapi ayah gue marah besar kalau nilai gue jelek. Ini gak mudah bagi gue, Ra. Kepala gue capek terus-terusan berdebat sama pikiran gue sendiri," keluh Zella. Tatapan nanar ke arah depan.
Alora mengelus bahu Zella untuk menguatkan gadis itu. "Lo gak boleh sedih, ahh. Ntar, lo mau gagal praktek ini?"
"Kalau nilai praktek penjas gue juga jelek, bisa habis gue di tangan ayah," gumam Zella.
Peluit pak harto si guru penjas itu berbunyi nyaring, mengambil atensi para siswa-siswi kelas 12 IPS 3. Semuanya membentuk barisan rapi sesuai nomor absen masing-masing. Dan Zella mendapatkan nomor absen paling terakhir.
"Dengarkan bapak! Materi ujian praktik kita masih seperti hari itu, oke?"
Aira, si ketua kelas mengacungkan jari telunjuk.
"Silakan, ada apa, Aira?"
"Materi sit up lagi, pak? Kenapa? Bukankah, semua sudah bagus saat latihan waktu itu?" tanya Aira keheranan. Sebelum ujian, pak Harto sempat melatih seluruh siswa-siswi kelas 12 IPS 3, dan semua dinyatakan bagus dalam latihan sit up ini.
Pak Harto melihat ke arah Zella yang berdiri paling belakang. "Tuh, temen kamu Zella tidak hadir. Hanya dia saja yang belum. Jadi, materi kita tidak akan lanjut jika Zella terus-terusan bolos pelajaran bapak."
Galuh mendesah kasar. Dia sontak keluar dari barisan, menghampiri Zella dan menepuk dahi gadis itu agak kuat. "Lo bolos, habis lo di tangan gue," ancam Galuh, kelewat sebal.
Zella langsung mendelik sinis. Dia melipat tangan di dada, menampilkan ekspresi angkuh. Gadis itu sama sekali tidak merasa bersalah. "Emang lo bisa? Dih, modal omongan aja, belagu lo!"
"Awas aja lo bolos mulu, jadi ngulang materi kita!" kesal Galuh. Cowok itu rasanya ingin mencakar wajah Zella, tapi tak sanggup. Dia mana mungkin tega menyakiti Zella.
"Baiklah, pilih satu teman kalian sebagai pasangan."
Seluruh siswa-siswi berlari ke sana kemari mencari pasangan. Bahkan, sampai ada yang berebut pasangan. Lagi lagi, hari sial Zella. Jumlah siswa-siswi kelas 12 IPS 3 adalah ganjil. Jadi, hanya Zella sendiri yang belum mendapatkan pasangan. Pak Harto juga jadi bingung lantaran saat Zella bolos, jumlah mereka adalah genap, jadi tidak ada keluhan perihal tidak mendapatkan pasangan.
Mata pak Harto berpencar, lalu berhenti pada pinggir lapangan. Di sana ada seorang cowok yang berdiri seraya mendribbel bola basket. "Zella, kamu dengan Arderas saja sana. Ya, untuk pasangan sementara. Toh, setelah kamu tuntas praktek ini, kita akan masuk ke materi baru."
Mata Zella agak melebar. Sedetik kemudian dia mengangguk cepat dan berlari menghampiri Arderas. Merangkul lengan cowok itu. "Kai, ayo jadi pasangan gue. Jumlah murid kelas gue nilainya ganjil, dan gue sendiri yang gak dapat pasangan," adu Zella, gadis itu agak cemberut sembari menatap teman-teman sekelasnya yang sudah duduk di lapangan saling berhadapan dengan pasangan masing-masing.
"Ada Galuh, dia sahabat lo. Atau Alora?" tanya Arderas.
"Lo lihat sendiri aja. Galuh malah sama Alora," jawab Zella.
Arderas menghela napas panjang. Lantas menarik pergelangan tangan Zella dan membawa gadis itu masuk ke dalam perkumpulan. Arderas memilih posisi duduk di sebelah Galuh dan Alora.
"Makanya, waktu itu lo jangan bolos. Jadinya, lo kan yang gak kebagian pasangan?" celetuk Galuh.
"Dih, lo tau sendiri kan kalau gue orangnya paling malas pelajaran olahraga," jawab Zella mendelik sinis.
Peluit Pak Harto berbunyi, tanda praktek sit up di mulai. Zella melakukan pemanasan sejenak sebelum berbaring di alas yang telah disediakan. Kemudian menekuk kaki membentuk sudut 90 derajat dengan telapak kaki tetap menyentuh lantai. Sementara Arderas menyentuh pergelangan kaki Zella. Gadis itu meletakkan tangan di belakang kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...