Chapter 19

4.4K 357 18
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

"Zella, may i?" tatapan Arderas turun ke arah bibir Zella.

Arderas meletakkan jari telunjuknya di dahi Zella, perlahan turun ke batang hidung tanpa melepaskan tatapan dari mata Zella. Lalu turun ke bibir dan mengusapnya sekilas. Arderas menarik dagu Zella pelan, Arderas mendekatkan bibirnya ke Zella. Saat mereka bersentuhan, Zella melenguh, membuat Arderas menggerakkan bibirnya. Arderas menekan bibirnya dengan bibir Zella.

Zella seperti merasakan percikan api dan kupu-kupu di perutnya. Dan semua percikan ini terasa asing. Zella tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

Dalam waktu cukup singkat, semua itu terhenti ketika Arderas menjauhkan wajahnya secara perlahan.

Sebuah napas terengah keluar dari mulut Zella. Aroma tubuh Arderas memenuhi indera penciuman Zella karena kedekatan yang cukup intim ini.

Ketika Zella sadar, mata gadis itu membulat lebar. Gadis itu refleks memundurkan tubuhnya menjauh, hampir terpeleset seandainya Arderas tidak sigap menahan pinggang Zella.

"Hei, hati-hati, Zella!" tegur Arderas ikut jantungan juga. Tidak bisa dibayangkan jika Zella benar-benar jatuh ke bawah.

Arderas menatap wajah Zella dengan amat lekat. Sial! Jantung Arderas berdetak begitu kencang tidak seperti detak jantung normal. Pikiran Arderas kembali terbayang bibir pink Zella. Susah payah dia mengenyahkan pikiran ini.

Zella hanya diam. Lalu keduanya sama-sama memalingkan tatapan ke arah lain. Beberapa menit bertahan dalam situasi seperti itu, Arderas baru bersuara. "Zel, gue beneran kalah, ya?"

"Lo beneran sayang sama gue, Kai?" tanya Zella memastikan. Ini pertama kalinya Zella mencintai seseorang dengan begitu besar. Perasaan Zella saat bersama Lysander sangat berbeda.

Zella hanya ingin memastikan. Dia tidak ingin merasakan sakit ataupun patah hati. "I love you more than anything, boo."

Zella menaruh kepalanya di atas bahu tegap Arderas. Lagi, Arderas menghela napas panjang. Ini hari ulang tahunnya. Arderas tidak berharap hadiah mahal atau apapun. Arderas hanya ingin dan sangat berharap bahwa hari ini dia menang. Arderas berharap, Zella membalas perasaan Arderas yang telah berubah.

Mata Arderas melirik ke bawah, melihat rambut Zella yang beterbangan karena tertiup angin. Entah sejak kapan, Zella mempunyai tempat istimewa di hati Arderas. Entah sejak kapan, Arderas mulai terus memikirkan tentang Zella. Semua hal tentang Zella sampai dia tergila-gila.

"Kai." Zella memanggil pelan. Karena suasana senyap, maka suara pelan Zella dapat terdengar di telinga Arderas.

"Hmm?" Arderas bergumam.

"I love you."

Raga Arderas membeku. Seluruh tubuhnya seperti sulit digerakkan. Bahkan untuk menelan saliva saja seperti tertahan di tenggorokan.

"Zel?" Arderas meminta penjelasan, mengangkat kepala Zella dari bahunya lalu menangkup kedua pipi gadis itu dengan tangannya.

"Kenapa? Kurang jelas?" Zella tersenyum lebar. Lantas ikut menangkup kedua pipi Arderas dengan tangannya.

"I love you, Arderas Kaizen," teriak Zella.

"I love you more, Zella Sherephina."

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang