Chapter 14

4.9K 367 7
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Kecepatan kendaraan Vigo melaju di jalanan beraspal. Deru napas Zella penuh ketakutan melihat dari kursi belakang urat-urat di leher sang ayah yang menonjol jelas. Pria itu sudah bersatu dengan amarah hebat.

Zavian yang masih setengah sadar mencoba menenangkan diri Zella. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Zella. Tubuh Zella masih tidak merespons. Matanya masih menatap Vigo dari belakang. Jarak semakin dekat, Zella semakin bergetar ketakutan. Vigo langsung memarkir mobil secara asal di depan gerbang utama rumah yang menjulang tinggi.

Turun dari mobil dan membuka pintu belakang secara sigap. Tangan besar Vigo dengan kasar meraih lengan Zella. Tangis Zella langsung pecah. Melawan Vigo tak ada gunanya. Zella dituntun keluar dari dalam mobil dengan pipi lembab. Kesedihan menghiasi dirinya.

Malapetaka menjalar di darah Zella. Ini sangat membingungkan. Zella tidak dapat berkutik untuk melawan. Gadis itu amat ketakutan.

"Bikin malu ayah!" ucap Vigo setengah membentak.

Zella saling menggenggam kedua tangannya di depan dada, menunjukkan gerik ketakutan ketika Vigo berjalan mengelilingi tubuhnya dengan tatapan mengerikan. Mata gadis itu siap meluncurkan buliran-buliran hangat yang baru. Kulit dagunya berkerut lantaran hendak mengeluarkan suara saat menangis. Zella menggelengkan kepala berulang kali, ingin mengatakan bahwa dia tidak bermaksud mempermalukan Vigo di hadapan kolega bisnis pria itu.

"Ini gara-gara kamu!!" bentak Vigo sangat kuat. Pria itu mendorong kedua bahu Zella dengan kuat sampai gadis itu linglung dan jatuh terduduk di lantai ruang tamu.

Secara terang-terangan Zella mengeluarkan suara tangisannya lantaran Vigo hendak melayangkan sebuah pukulan di wajah Zella.

"Yah, cukup! Cukup!" Zavian datang menghalangi Vigo dengan berdiri di hadapan pria itu dan menangkis semua pukulan yang hendak Vigo berikan pada Zella tadi.

"Ini masalah ayah dengan adik kamu!!" teriak Vigo dengan wajah penuh emosi.

"Ini urusan Zavian juga!" balas Zavian berteriak.

Vigo langsung menghantam wajah Zavian dari samping dengan telapak tangannya yang besar, dihantam dengan tenaga dalam sampai Zavian yang masih dalam pengaruh alkohol itu menabrak dinding di sebelah. Zavian mengumpat kuat, dia merasa bersalah sebab mabuk dalam kondisi seperti ini. Zavian jadi kesulitan melindungi adiknya.

Zavian yang sempat jatuh ke lantai, berusaha bangkit. Namun, lagi lagi tangan besar Vigo menghantam wajah Zavian dengan kuat. Berulang kali sampai wajah Zavian babak belur. Zella yang melihat itu, langsung menutup matanya erat dan menutup telinganya dengan kedua telapak tangan. Dia menekan telinganya sangat kuat agar tidak bisa mendengar suara teriakan Vigo dan Zavian yang hanya membuat dia takut.

"Apa yang bisa diandalkan dari anak seperti kamu?!"

Zavian yang emosinya makin terpancing, masih berusaha untuk berdiri dan langsung mencengkram kerah kemeja Vigo. Membawa Vigo mundur beberapa langkah. "Paling nggak aku bukan pengecut seperti ayah!!" teriak Zavian.

"Jaga mulut kamu, anak sialan!"

"Apa, hah?! Pukul Zavian biar ayah puas!!"

Dada kedua laki-laki itu kembang kempis seiring dengan emosi mereka. Zavian melepas cengkeraman nya pada kerah kemeja Vigo lalu mundur satu langkah. Deru napas Vigo tidak beraturan. Dia menatap Zavian dengan nyalang.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang