Chapter 32 [Ending]

11K 542 53
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ


"Tiga bulan udah berlalu, dan lo masih tetap pemenangnya."

Sejenak, Zella merasa seolah kehilangan pikiran. Dia terjebak dalam lamunan, dan itu adalah siksaan terburuk. Perasaan sakit itu berlama-lama menetap di dalam diri Zella. Sangat dikecewakan ketika realita menerpa tepat di wajah Zella. Zella merindukan dirinya beberapa bulan yang lalu.

Pengalaman itu merubah Zella menjadi seseorang yang berbeda, seseorang yang gadis itu sendiri tidak kenali. Zella memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Dan beberapa benda pelengkap. Zella memandang seluruh sudut kamarnya dengan penuh kerinduan. Butuh waktu lama untuk kembali ke sini lagi. Zella sudah memutuskan dan keputusan ini sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat.

Zella menarik kopernya keluar dari kamar. Tak lupa, terlebih dahulu gadis itu mengunci pintu kamarnya. Zella menuruni tangga dan bertemu dengan Hasna dan Vigo di ruang tamu. Mereka tampak lesu dan kelelahan. Kelelahan karena membujuk Zella yang terlalu keras kepala.

"Sayang, kamu beneran ingin pergi?" tanya Hasna menghampiri Zella dengan wajah penuh harap. Wanita itu tidak ingin Zella pergi jauh.

"Keputusan Zella sudah bulat, ma. Tolong, jangan hasut pikiran Zella. Gak akan ada yang berubah."

"Lalu, bagaimana dengan Arderas? Kamu gak mau nunggu dia?"

Zella terdiam. Dia memandang wajah Hasna dengan lekat. "Udah tiga bulan, dan Arderas masih belum ingat. Menurut mama, apa ingatan Arderas akan kembali lagi? Zella udah berusaha, tapi hasilnya tetap sama aja."

"Ini masih tiga bulan, Zel. Kamu sudah ingin menyerah?"

Zella menghela napas panjang. Gadis itu meraih sebuah kertas dari dalam kantung jaketnya. "Kasih ini ke Kai, Ma. Tapi, kasih saat ingatan Kai udah kembali."

"Bertahan lah, Zella. Arderas sudah mengingat sedikit, kan? Kamu sudah ingin menyerah saja?" Hasna masih kukuh membujuk Zella.

"Apa yang Arderas ingat, Ma?!" bentak Zella. Ini yang berubah dari Zella. Gadis itu sudah tidak bisa menahan emosinya. Gadis itu akan membentak dan berteriak dengan tak segan.

"Identitas dia?" Zella tertawa.

"Dia ingat itu karena mama yang ngasih tau siapa nama dia, dulu dia sekolah dimana, siapa mama dan siapa itu Vigo? Mama yang ngasih tau sendiri. Bukan karena ingatan Arderas udah mau pulih!"

"Mama juga berusaha, Zella," lirih Hasna.

"Mama juga gak pernah ngasih tau Zella tentang perkembangan ingatan Arderas. Mama selalu bilang, ingatan Arderas sudah mau pulih, kok. Kamu tunggu saja, ya." Zella meniru cara bicara dan kalimat Hasna.

"Seperti itu terus, dan saat Zella berkunjung ke rumah mama, Arderas sangat sangat berbeda. Gak ada perkembangan tentang ingatan dia. Sampai kapanpun Mungkin, Arderas hanya mengingat identitasnya, tapi nggak dengan kenangan manis bersama Zella. Coba mama suruh dia menjelaskan dengan detail, apa aja kenangan manis yang udah Zella dan Arderas buat. Gak bisa pasti."

"Ini hari ulang tahun Zella, ma. Ada Arderas gak ingat itu. Coba aja kalau kecelakaan itu gak terjadi, pasti sekarang Arderas lagi nyiapin surprise buat Zella."

Hasna turut sedih melihat Zella. Benar apa yang gadis itu katakan. Dan hati Hasna juga ikut merasakan sakit ketika orang yang kita sayang melupakan ulang tahun kita.

"Tolong ikhlasin Zella pergi, Ma," lirih gadis itu.

Zella menoleh pada Vigo yang dari tadi diam duduk di sofa. Pria itu juga menundukkan kepala, seperti tidak sanggup menatap Zella. Zella meninggalkan kopernya dan menghampiri Vigo.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang