ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
Sekitar dua jam lebih Arderas memantau layar ponselnya yang menampilkan room chat dengan Dean. Mata Arderas pun sudah mulai lelah karena sinar ponsel yang cukup terang. Namun, Arderas tetap memaksa matanya untuk berjaga. Dia tidak akan tenang sebelum Dean memberikan kabar tentang Zella. Apa Dean sudah membawa Zella pulang dalam keadaan aman?
Cowok itu berjalan mondar-mandir di kamarnya. Sesekali menggeram frustasi. Dia juga mengacak-acak rambutnya saking kebingungan. Arderas tidak dapat berpikir positif. Entah mengapa, insting Arderas mengatakan bahwa Zella tidak baik-baik saja. Tapi, Arderas sangat berharap bahwa instingnya ini keliru.
Arderas ingin menghubungi Zella langsung agar lebih cepat mendapat kabar perihal kondisi gadis itu sekarang, tetapi Arderas gengsi. Lalu Arderas harus apa? Ayo, berpikir lebih keras.
Arderas mengumpat keras. Lekas mengambil kunci motor sport di atas nakas dan mengantungi ponsel dalam saku. Dengan kecepatan penuh kakinya berlari menuju garasi motor. Bahkan, Arderas sampai lupa pamit pada Hasna bahwa akan keluar. Segera Arderas menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi yang Dean kirimkan beberapa menit lalu.
"Habis lo di tangan gue," gumam Arderas.
Sesampainya di lokasi tersebut, tempat kejadian di penuhi oleh orang-orang ramai yang mengerubungi sebuah mobil ambulance. Biasa, mereka orang-orang penasaran yang hanya menghambat pekerjaan saja. Sebenarnya, ada satu mobil ambulance lain yang sudah pergi menuju rumah sakit karena menyelamatkan satu nyawa pasien kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...