Chapter 25

4.8K 349 21
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Arderas berjalan mengelilingi rumah tanpa rasa lelah, hanya untuk mencari seseorang yang sedang dia rindukan. Arderas berdecak kesal. Kemana perginya Zella? Gadis itu setelah pulang menemani Arderas membuat tato, langsung masuk ke kamar. Namun, saat Arderas masuk ke kamar gadis itu untuk mengecek keadaannya, malah hilang entah kemana.

Arderas berjalan ke ruang tamu, menemui Hasna yang sedang duduk santai menonton televisi. "Ma," panggil Arderas, duduk di sebelah Hasna.

"Eh, ya, ampun, Ar. Pakai baju kamu itu!" Hasna mencubit bahu Arderas agak kuat lantaran cowok itu hanya memakai celana boxer saja.

"Arderas baru selesai mandi, Ma."

"Aihh, kamu mandi malam-malam? Nanti masuk angin, lho!"

"Udah biasa, Ma. Gak bakalan."

"Dibilangin bandel kamu."

Arderas tidak menanggapi lagi. Kepala cowok itu berputar ke segala arah, lagi lagi mencari keberadaan Zella.

"Kamu nyariin apa, sih?"

"Itu, Zella mana?" tanya Arderas.

"Ohh, Zella ada di ruang musik."

"Ruang musik?" Alis Arderas saling menyatu. Baru kali ini Arderas mengetahui ada ruangan musik di rumah ini. Ya, walaupun baru beberapa hari tinggal di rumah ini, Arderas sudah menjelajahi banyak ruangan di rumah ini. Dan ada beberapa ruangan yang tidak boleh dimasuki kecuali tidak berkepentingan, yaitu ruang kerja Vigo. Dan juga kamar pria itu. Oh, ya, satu ruangan lagi. Arderas pernah mengintip, ada satu ruangan yang mirip seperti kamar lantaran ada ranjang dan lemari pakaian.

Arderas pikir itu adalah kamar tamu, tapi anehnya Vigo melarang masuk ke kamar itu.
"Ruangan musik di mana?" tanya Arderas.

"Ada di sebelah gudang. Kata ayahnya, Zella sering masuk ke sana kalau lagi bosan. Mama juga denger, Zella pandai main piano, lho.

Arderas mengangguk. Lekas cowok itu berdiri dan berjalan menuju ruang musik. Mata Zella melesat ke pintu kala mendengar suara pintu ruangan musik ini terbuka. Sebab cahaya remang-remang, hanya disinari oleh cahaya satu bola lampu yang tidak terlalu terang, membuat Zella harus melihat berulang kali untuk memastikan siapa yang masuk.

Melihat penampilannya, itu pasti Arderas. Zella cuek saja dan kembali fokus menekan tuts piano, menciptakan alunan nada yang merdu dan lembut. Cowok itu muncul hanya dengan boxernya. Rambut Arderas mengikal, masih sedikit basah akibat mandi.

Tetesan kecil berkilauan jatuh ke dada dan lehernya. Dia tampan, dalam batin tanpa sadar Zella berkata seperti itu. Sialnya, sejak Arderas datang, Zella jadi tak bisa fokus bermain piano. Melihat kegugupan Zella, tawa berat Arderas menggema di ruangan. Fokus Zella benar-benar kabur, entah mengapa suasana ruangan ini terasa panas padahal air conditioner sudah hidup.

"Boo?" Arderas memanggil. Dan Zella berusaha cuek. Tatapan Arderas begitu lekat padanya, walau Zella tidak membalas tatapan itu, tapi dia merasa.

Arderas pun memilih untuk duduk di salah satu sofa, hampir dekat dengan posisi Zella. Zella melirik Arderas, lidah merah mudah cowok itu keluar membasahi bibirnya sebelum dia kembali berbicara, "Gue mencari lo dari tadi. Apa lo menghindar dari gue, hmm?"

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang