Chapter 24

4.6K 377 162
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Setelah membasuh wajahnya, Zella menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel. Wajahnya tampak kelelahan, kelihatan sekali. Beberapa hari ini, selain memikirkan tentang pernikahan Vigo, Zella juga pusing memikirkan tentang pelajaran untuk ujian kelulusan nanti.

Walau nampak cuek dengan pelajaran, Zella sedang berusaha mati-matian saat ini. Walau Vigo menyuruh Zella untuk tidak sekolah ataupun diberikan waktu untuk beristirahat sebentar, Zella tetap kukuh belajar pada tengah malam saat pria itu sudah tidur pulas.

Zella membasuh wajahnya sekali lagi. Saat mengangkat kepalanya, mendadak kepalanya terasa berputar dan pandangannya kabur.

Zella hampir kehilangan keseimbangan, sampai menjatuhkan gelas sikat gigi yang terletak di pinggir wastafel. Suaranya lumayan kuat menarik atensi Arderas yang sebenarnya sedari tadi menunggu di dalam kamar Zella tanpa sepengetahuan gadis itu.

Hanya untuk memastikan kondisi Zella, memastikan gadis itu sudah tidur dengan nyenyak. Namun, mendengar suara benda jatuh di toilet, membuat Arderas langsung mengetuk pintu toilet dengan kencang.

Ketika tidak ada sahutan dari dalam, Arderas langsung membuka pintu toilet yang ternyata tidak dikunci. Dan menemukan Zella yang berdiri linglung di depan cermin wastafel sembari memegangi pelipis nya yang pusing sekali.

Sampai akhirnya, Zella benar-benar kehilangan keseimbangan. Dan Arderas langsung menangkap tubuh gadis itu. Membawanya keluar dari toilet untuk dibaringkan di atas ranjang.

Arderas menghembuskan napas panjang. Dia menaruh punggung tangannya di atas dahi Zella. Dan suhu tubuh gadis itu cukup panas. "Pasti lo kelelahan karena belajar lagi. Padahal, sebelumnya pernah gue ingetin untuk jangan terlalu memaksa diri, Zella."

"Dengan lo seperti ini, malah buat gue khawatir."

Arderas segera keluar dari kamar Zella untuk mengambil kompres instan dari dalam kulkas. Hasna berada di dapur, dan melihat Arderas. "Lho, kamu sakit? Kenapa ambil kompres?" tanya Hasna.

"Zella yang sakit." Arderas lekas berlari kembali ke kamar Zella. Hasna menyusul putranya dan mengintip dari sela-sela pintu kamar Zella yang terbuka sedikit.

Menyaksikan bagaimana Arderas dengan telaten merawat Zella, dan melihat tatapan mata Arderas yang begitu dalam pada Zella membuat rasa bersalah kembali menyeruak dalam diri Hasna.

Mata Zella berkedip berulang kali. Dia meringis sembari memegangi pelipis nya. Saat melihat wajah Arderas yang berada di depan mata, membuat gadis itu kaget dan langsung terduduk. "Kenapa lo ada di sini?" tanya Zella.

Arderas tersenyum hangat. Lalu menyentil dahi Zella yang telah dilapisi kompres instan tersebut. "Lo sakit, karena kelelahan, kan?"

"Belajar lagi?" tebak Arderas.

Zella memajukan bibirnya, lalu mengangguk kecil. Arderas lagi lagi menghembuskan napas. Cowok itu mengambil sebelah tangan Zella dan dia genggam. "Jangan takut, ada gue sekarang. Di sini, di dekat lo. Ada gue yang bakal selalu jadi pelindung lo."

Wajah Zella memelas. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu Arderas. "Aaa, kepala gue pusing," keluh Zella.

Zella juga memeluk lengan Arderas dengan manja. Cowok itu pun terkekeh kecil, lantas mengusap puncak kepala Zella dengan sayang. "Di kamar dulu, ya. Jangan kemana-mana, gue ke dapur dulu. "

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang