ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
"Kamu mengadu pada Zavian?"
Kaki Zella berhenti melangkah. Berhenti tepat di ambang pintu utama rumah. Tanpa menatap wajah sang ayah, Zella menjawab, "Iya, Zella menceritakan semuanya pada kak Zavian."
Vigo berdecih sinis. "Sudah ayah tebak. Sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa menerima rencana pernikahan ayah. Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah mengerti tentang perasaan ayah."
"Harusnya ayah yang mengerti perasaan Zella!" sela Zella cepat.
"Ayah gak pernah tau gimana sakitnya jadi Zella yang selalu menerima pelampiasan emosi ayah. Zella harus apa, yah?"
"Apa kamu pikir dengan mengadu pada Zavian bisa merubah semuanya, huh? Ayah berencana memberitahu pada Zavian pada saat satu hari sebelum pernikahan itu berlangsung. Agar anak itu tidak bisa membatalkan semuanya. Kamu sendiri tau bagaimana sifat Zavian yang gila!"
Zella menghela napas panjang. Mengangkat tangan sampai sebatas dada untuk mengecek waktu pada jam yang melingkar di pergelangan tangan. Masih ada waktu dua puluh lima menit menuju sekolah sebelum gerbang ditutup. Jika tidak sigap, maka Zella akan terlambat.
Menghiraukan ucapan Vigo, Zella melanjutkan langkahnya. Namun, Vigo berteriak sampai suara pria itu terdengar di luar rumah. "Mau melarikan diri kemana kamu?! Ayah belum selesai berbicara!"
"Zella gak melarikan diri. Zella mau berangkat sekolah," jawab Zella tanpa berteriak lantaran Vigo sudah menyusul. Dan sekarang berdiri di belakang Zella.
"Ingat tentang peringkat mu!"
"Kamu tau apa yang akan terjadi jika kamu mendapat peringkat terakhir lagi."
Zella tersenyum tipis. Mengangguk singkat.
"Iya, Zella akan berusaha."
Plak.
Kepala belakang Zella dilempar oleh map berisi berkas perusahaan Vigo. Zella merapikan rambut bagian belakang yang jadi berantakan. Zella memejamkan mata lantas menghirup banyak udara. Perlahan, dia berbalik badan.
"Bisa gak sih ayah sekali aja jangan kasar?!" sentak Zella.
Vigo tidak membalas sentakan Zella. Pria itu langsung berbalik badan, masuk ke dalam rumah, dan meninggalkan Zella. Helaan napas kasar terdengar keluar dari mulut Zella.
"Kenapa gak sekalian batu aja lo lempar ke kepala gue," gumam Zella seraya mengelus kepala bagian belakangnya.
ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
Mata Zella menyipit kala melihat sosok Alora yang berdiri di halte bus. Tidak ada yang menarik jika gadis itu hanya berdiri di situ, tetapi yang menarik perhatian dan rasa penasaran Zella adalah saat Alora berteriak kesal. Gadis itu kelihatan marah sekali.
Zella berjalan mendekat. Tidak takut akan terlambat karena gerbang sekolah masih ditutup lima belas menit lagi. Dan jarak halte dengan sekolah tidak lah jauh. Semakin Zella dekat, maka semakin terdengar suara Alora yang mengomel sebab jengkel.
"Ayah tau gak sih kalau Lora malu?!"
"Nanti kalau ada teman-teman Lora yang lihat gimana? Mereka pasti ngejekin Lora anak tukang ojek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...