Chapter 28

4.4K 352 57
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Zella melambaikan tangan pada Galuh dari kejauhan. Galuh membalas lambaian tangan Zella dengan berlari secepat mungkin kearah gadis itu dan kemudian menarik tangan Zella ke suatu tempat. Mereka menuju aula sekolah.

"Ada apa, Gal?" tanya Zella heran.

"Ini…” Galuh menunjukkan secarik kertas. “Bocoran jawaban untuk ujian kita hari ini. Gue minta lo harus hati-hati saat pakai ini. Kalau nggak lo harus tanggung resiko sendiri kalau sampai ketahuan," Ujar Galuh penuh kewaspadaan. Mata cowok itu sesekali berpencar ke arah lain untuk memastikan tidak ada siswa-siswi lain yang masuk ke aula sekolah.

Alasan Galuh memilih aula sekolah, lantaran aula selalu sepi kecuali jika ada acara penting yang diadakan oleh pihak sekolah. Dan juga waspada jika ada siswa-siswi yang jahil melaporkan pada guru.

Belakangan ini memang  Zella mendengar desas desus mengenai ini. Dia hampir tidak percaya kalau bocoran itu benar-benar ada.  “Maaf, gue gak perlu,” tolak Zella dengan halus.

Mungkin Galuh akan berpikir dia sok idealis, tapi beginilah Zella sekarang. Gadis itu akan mendapatkan nilai tinggi hasil otaknya sendiri.

"Lo, kan, tau sendiri, Gal. Gue harus dapat nilai tinggi tapi nggak dengan nyontek gini!" omel Zella.

Galuh berdecak. "Lo tau, Zel. Gue susah payah nyari bocoran gini supaya lo bisa dapat nilai tinggi."

"Tapi nggak gini caranya, Gal. Lo tenang aja, gue tau lo khawatir kalau gue gagal dapat peringkat besar. Gue tau lo khawatir sama kondisi tubuh gue yang bakal babak belur kalau sampai gue gagal lagi."

Galuh menunduk, cowok itu menyimpan kertas berisi bocoran itu di kantung celananya. "Tapi, gue takut lo sakit karena bokap lo lagi, Zel. Gak ada sahabat yang sanggup atau tega ngeliat sahabatnya menderita."

Zella menggenggam sebelah tangan Galuh. Memberikan tatapan penuh keyakinan. "Percaya sama gue, Gal. Gue ... pasti bisa dapat peringkat besar. Dan gue yakin dengan diri gue sendiri. Gue yakin dengan hasil belajar gue selama ini. Dan ... dengan gue ngambil bocoran itu, sama aja gue mengkhianati diri gue sendiri."

"Mustahil, Zel. Lo siswi peringkat akhir, lho. Kalau lo lupa? Sedangkan jumlah murid di kelas kita ada 30 orang, dan lo peringkat tiga puluh itu! Lo yakin bisa melangkahi banyak murid? Termasuk melangkahi gue?"

"Lo gak perlu khawatir, Gal. Gue pasti bisa. Gue akan buktikan itu."

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Sudah hampir genap tiga tahun Zella menjadi murid di SMA Swasta Wisteria. Baik Zella dan Arderas cukup menikmati proses ujian kelulusan selama sembilan hari itu. Zella harap-harap cemas sekali menunggu pengumuman. Seluruh anak kelas dua belas berseragam putih Abu-Abu berbaris di lapangan upacara. Matahari pagi belum sepenuhnya naik dan memancarkan cahayanya pada tiga ratus lebih siswa-siswi itu. Sehingga membuat acara berjalan lebih khidmat tanpa omelan siswi yang kepanasan atau ingin pingsan.

Di samping Zella, ada Arderas. Cowok itu sengaja masuk ke barisan kelas Zella. Kata Arderas, dia gak bisa jauh-jauh lagi dari Zella.

"Kira-kira gue bakal lulus, gak, ya?" bisik Zella.

Arderas terkekeh kecil, menjawil hidung Zella pelan. "Jangan nethink gitu, kita semua bakal lulus. Mungkin ada yang lulus tatapi dengan hasil yang kurang memuaskan. Dan gue berharap, kita lulus dengan nilai yang memuaskan."

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang