Chapter 22

4.4K 360 274
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ


Paginya di sekolah, Arderas dan kawan-kawan sedang bercengkrama di dalam kelas. Hari ini, Zella tidak masuk ke sekolah sebab Vigo ingin gadis itu segera bersiap-siap untuk pesta perayaan nanti malam.

"Gak nyangka gue, bro," ucap Edgar seraya menepuk-nepuk punggung Arderas guna menguatkan cowok itu.

"Ar, lo beneran sayang sama Zella? Sampai-sampai, lo sesedih ini?" tanya Edgar penasaran.

"Berarti, lo kalah, Ar? Masuk ke dalam permainan sendiri?" celetuk Ethan.

Hanya ada mereka bertiga saja. Gavin tidak kelihatan batang hidungnya. Semenjak hari dimana Zella memergoki mereka di rumah Arderas, Gavin tidak pernah lagi berbaur dengan mereka. Edgar dan Ethan mencoba untuk maklum. Toh, mereka juga tidak terlalu peduli karena bagi mereka, Gavin memang sudah kelewat batas dengan menjadikan Zella seperti mainan.

Ethan geleng-geleng kepala. "Saran gue, lo harus berjuang, sih. Gak peduli nanti ayah Zella maupun mama lo udah terikat hubungan, lo harus membuktikan ke mereka berdua kalau cinta lo dengan Zella lebih besar."

"Suka gonta-ganti pasangan gini, gue memang paling jago ngasih lo saran, Ar," ucap Ethan dengan bangga seraya menepuk-nepuk dadanya.

"Betul kata Ethan, lo harus memperjuangkan Zella. Ya, itung-itung permintaan maaf lo ke Zella yang udah lo jadiin bahan taruhan. Dari awal, gue sama Ethan, gak ada niat untuk ikut campur tentang tantangan ini. Lo yang bodoh mau menerima gitu aja," jelas Edgar.

"Dengan lo berjuang untuk hubungan kalian, gue yakin Zella akan bisa percaya lagi sama lo. Zella akan melihat kalau lo memang benar-benar tulus." penjelasan Edgar seperti membuka kesempatan kedua untuk Arderas.

Seperti ada cahaya terang di depan mata yang menumbuhkan semangat Arderas kembali. "Ini beneran lo, kan, Ar? Seorang Arderas yang gak pernah jatuh cinta sama sekali ke cewek, akhirnya bucin juga, bro!" seru Ethan, berdiri lalu bertepuk tangan heboh.

"Tapi kisah cinta pertama lo ngenes juga, ya, Ar. Masa terhalang status saudara tiri," sahut Edgar terbahak-bahak.

Arderas sontak mendelik kesal. Sedetik kemudian, dia kembali memikirkan saran dari Ethan dan Edgar. Dan Arderas telah yakin dengan keputusannya, bahwa dia akan memperjuangkan Zella. Menjadi miliknya kembali. Baik Vigo dan Hasna tidak akan bisa menjadi penghalang hubungan mereka.

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Arderas yang saat ini bersandar pada pintu mobil, mendongak ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arderas yang saat ini bersandar pada pintu mobil, mendongak ke atas. Tepatnya, pandangan cowok itu mengarah ke balkon kamar Zella yang terbuka tirai nya dan lampu kamar gadis itu yang hidup. Satu harian tidak melihat wajah Zella, membuat rasa rindu Arderas kian memuncak perlahan.

Hanya bisa melihat wajah Zella dari foto saja tidak memberikan rasa puas, berbeda jika dilihat secara langsung. Tak lama, lampu kamar gadis itu mati, menjadi gelap gulita. Arderas dapat melihat Zella berjalan menuju pintu kaca balkon, mengunci dan menarik tirai untuk ditutup. Arderas tersenyum tipis. Sesuatu dalam diri Arderas sudah tak sabar untuk melihat gadis itu.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang