Chapter 21

4.5K 359 229
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ


"Berarti sudah siap kalau Arderas jadi saudara kamu?"

"Maksud ayah?" tanya Zella pelan. Kening gadis itu kembali berkerut. Jantung gadis mulai berdetak cepat dua kali lipat.

"Ayah udah punya rencana untuk menikah dengan mama Arderas."

Zella kesulitan menelan saliva. Gadis itu perlahan berjalan maju, mendekati Vigo. Zella sudah tidak lagi mengetahui berapa durasi kecepatan jantungnya.

"Sejak kapan ayah kepikiran untuk menikah dengan mama Hasna?"

Zella merunduk serendah mungkin. Memejamkan mata, telinganya tak siap mendengar jawaban dari pertanyaannya barusan.

"Ayah pernah bilang sama kamu. Ada seorang wanita yang sangat ayah cintai dari dulu sebelum perjodohan konyol dengan bunda kamu. Wanita itu adalah Hasna. Bahkan, setelah memiliki laki-laki lain di hidupnya, ayah masih tetap mencintainya."

"Lagi pula, mengetahui kamu ternyata sudah dekat dengan Hasna, pasti kamu juga sudah setuju? Tinggal ayah saja yang memperkenalkan kamu pada Hasna. Oh, iya, kamu juga sudah kenal dengan Hasna?"

"Zella pernah ke rumah mama Hasna," jawab Zella lemah.

"Mungkin dia mengira kamu bukan anak ayah. Baik, tidak apa-apa. Hasna pasti akan senang jika ternyata anak ayah adalah gadis yang pernah berkunjung ke rumahnya."

Bahu Zella merosot dalam kekecewaan. Dadanya seperti dihantam oleh batu yang amat besar hingga membuat Zella kesulitan bernapas. Zella ingin memukul dadanya dengan kuat.

Satu kelemahan Zella, menahan emosi. Adalah hal yang paling sulit untuk Zella lakukan. Tangan gadis itu mulai mengepal di kedua sisi tubuh. Dan tatapan mata Zella mengarah pada Vigo.

"Ayah punya pikiran, gak, sih?!" bentak Zella murka.

"Maksud kamu?"

Zella memalingkan wajah seraya terkekeh kecil. "Buat apa ayah mempertahankan hubungan kalau ujung-ujungnya, ayah gak pernah cinta sama bunda. Apa ayah tau gimana sakitnya saat ayah bilang seperti itu sama Zella? Ayah cinta sama wanita lain? Ayah bercanda?"

"Kalau bunda masih hidup, Zella gak bisa bayangin gimana sakitnya jadi bunda saat dengar ayah ngomong seperti itu." Zella bersuara parau.

Zella menuruni beberapa anak tangga untuk lebih dekat dengan Vigo. Zella menatap mata Vigo dengan dalam, berharap pria itu luluh dan membatalkan rencana pernikahan itu.

"Yah, kalau Zella gak setuju?"

Vigo menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Ayah gak peduli. Ayah juga tidak meminta persetujuan kamu."

Zella menghela napas panjang. "Zella tetap gak akan pernah setuju. Ayah udah ngambil semua kebahagiaan Zella."

Zella berbalik badan. Menaiki anak tangga dan berhenti tepat di depan pintu kamarnya sendiri. "Ayah berhasil merebut kebahagiaan Zella yang ada pada Arderas."

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ


"Kamu dari mana saja, Ar? Mama khawatir tau. Malam-malam seperti ini bukannya ada di rumah," omel Hasna setelah melihat putra semata wayangnya baru saja memasuki rumah dengan kepala menunduk lesu.

Arderas mengangkat kepala dan menatap ekspresi Hasna yang sungguh-sungguh khawatir. "Arderas tadi ada urusan sebentar."

Hasna menghela napas, tersenyum hangat. Lantas meraih pergelangan tangan Arderas dan ditarik untuk duduk di sofa depan televisi. Dari tadi melihat lengkungan senyum tercipta di bibir Hasna, membuat hati Arderas menghangat dan seketika hampir melupakan kekhawatiran nya pada Zella.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang