ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
"Ini masih pagi, kenapa sedih, hmm?"
Gavin tercengang. Mulut cowok itu sedikit terbuka. Cowok itu kesulitan mencerna situasi yang terjadi sekarang. Arderas dan Zella?
"Ar," panggil Gavin pelan. Menyadarkan Arderas bahwa yang dilakukan cowok itu salah. Gavin hanya takut jika Arderas masuk terlalu jauh ke dalam permainannya sendiri.
Arderas masih tak merespon Gavin. Dia menjauhkan kepala Zella dari bahunya, lalu menatap wajah gadis itu dengan tatapan hangat. Arderas lantas melompat dari jendela kelas. Kini Arderas berdiri tepat di hadapan Zella.
Arderas menarik tangan Zella dan membawa gadis itu berlari mengikuti langkahnya sampai akhirnya mereka tiba di rooftop sekolah.
"Kenapa bawa gue ke sini?" tanya Zella keheranan. Gadis itu berdiri di dekat palang pembatas rooftop, kepalanya menunduk untuk melihat lapangan yang ada di bawah.
"Untuk menenangkan diri," jawab Arderas.
"Tapi, kita gak boleh bolos," ucap Zella. Terlihat gurat kekhawatiran yang makin kentara di wajahnya.
"Hanya sekali, boo."
"Gue mau berubah, tapi kalau lo ajak gue bolos seperti ini, kapan gue berubahnya?"
"Don't push your self, my boo," ucap Arderas begitu perhatian dengan nada lembut. Jari cowok itu menelusup di rambut Zella dan menyisirnya ke arah belakang.
"Gue tau kesedihan lo yang semalam belum berakhir. Bahkan, saat di sekolah seperti ini, lo kelihatan sedih. Berbeda jauh dari Zella yang biasanya. Jadi, kalau gue ajak lo menenangkan diri, apa salah?"
Zella diam sejenak. Dia membenarkan dalam hati. "Ta-tapi?"
Arderas langsung membungkam bibir Zella dengan jari telunjuknya. "Sst, jangan bicara lagi."
"Kalau malam hari, langitnya lebih indah jika dilihat dari atas sini. Mau menunggu sampai malam?" tawar Arderas.
Zella menatap wajah Arderas dari samping. "Emang lo gak takut? Malam, lho. Kalau ada setan, gimana?"
"Setannya takut sama lo," jawab Arderas santai.
Mata Zella sontak agak melebar. "Ih, apaan!"
"Lihat aja, muka lo nyeremin. Ada kantung mata, bibir pucat..." Arderas meneliti wajah Zella dengan amat lekat sampai membuat gadis itu gugup di tempat sebab ditatap sedemikian.
Tubuh Arderas agak membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Zella. Lalu memajukan wajahnya hingga menyisakan jarak beberapa meter saja. "Tapi tetap kelihatan cantik," bisik Arderas pelan.
Mata Zella mengerjap. Dia menelan saliva dengan cepat, sontak mundur beberapa langkah ke belakang. "Iya iya, gue tau gue memang cantik," balas Zella berusaha menutupi kegugupan.
Arderas langsung tertawa kecil. "Ayo menunggu sampai malam?"
ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
Di bawah langit dengan hamparan ribuan bintang berkelap-kelip, dua sejoli berbaring telentang di atas lantai rooftop. Arderas menjadikan sebelah tangannya sebagai bantalan kepala dan tangan satunya lagi digunakan sebagai bantalan kepala Zella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...