Chapter 27

4.2K 344 23
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

"Kai!!" Zella membuka pintu kamar Arderas, mengintip sedikit dan menemukan cowok itu yang baru saja keluar dari toilet dengan handuk kecil menggantung di atas bahunya.

Zella tersenyum sumringah. Gadis itu nyelonong masuk begitu saja, lalu berdiri di hadapan Arderas. Zella meraih sebelah tangan Arderas dan dia genggam. "Ayo, bantu gue belajar!!"

Arderas melirik jam dinding. Masih pukul delapan pagi. "Ini masih pagi, dan lo udah mau belajar? Kenapa gak siang aja?"

Zella mengerucut bibir. "Ya, kalau siang itu waktunya gue istirahat. Malam juga waktu gue istirahat. Lagian, belajar di jam segini, otak gue lebih fresh."

Arderas menghela napas, lantas mengangguk. "Oh, iya, kaki lo gimana? Masih sakit?" mata Arderas turun ke bawah, untuk melihat kondisi kaki telanjang Zella.

Zella mengangkat sebelah kakinya sedikit, lalu digoyangkan pelan. "Udah baikan, kok."

Arderas tersenyum tipis. Lega mendengar bahwa kondisi kaki gadis itu sudah baik-baik saja. "Ya, udah, ambil buku lo. Kita belajar di dekat kolam renang aja. Kalau pagi gini, suasananya lebih adem."

Zella mengacungkan ibu jari, lantas keluar dari kamar Arderas untuk mempersiapkan bukunya. Selagi Zella mengambil buku, Arderas berjalan ke taman belakang. Dia membentang sebuah tikar cukup lebar di bawah pohon yang dekat dengan kolam renang. Arderas juga menyiapkan sebuah gitar klasik. Selagi Zella belajar, maka Arderas bisa mengisi kekosongan waktu dengan bermain gitar.

Lagi pula, belajar seraya diiringi sebuah musik bisa lebih menambah semangat belajar, lantaran ketika Arderas belajar, cowok itu melakukan hal yang sama, yaitu mendengarkan lagu menggunakan headset.

"Kenapa bawa gitar?" tanya Zella ketika gadis itu sudah duduk manis di atas tikar bersama Arderas di sebelahnya.

"Lo belajar, gue main gitar. Emang lo mau gue bosen di sini? Ya, walaupun gue gak akan pernah bosan ngeliatin lo, sih." Arderas mengedipkan sebelah mata lantas mencolek dagu Zella dengan genit.

Zella memutar bola mata, tapi tak urung dia tertawa karena ucapan Arderas. Setelah itu, Zella mulai fokus belajar, membuka bukunya dan mempelajari materi ujian.

Gitar klasik milik Arderas menghasilkan nada yang lembut karena senar nilonnya. Membuat suasana di bawah pohon dan pagi ini makin lebih sejuk dan terasa menyenangkan.

Sambil membiarkan Zella belajar, Arderas mulai memetik sinar gitar dan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul give me your forever karya Zack Tabudlo.

I want you to know
I love you the most
I'll always be there right by your side
'Cause baby, you're always in my mind
(You're always in mind)
Just give me your forever (just give me your forever)
I want you to know
That you'll be the one
And I'll be the guy who'll be on his knees
To say I love you (just give me your forever)
And I need you
And say I'd die for you (just give me your forever)
... Just give me your forever
Just give me your forever

Zella mengalihkan fokusnya dari buku. Memandang Arderas yang sangat tampan dan gagah. Tangannya besar dan kuat, mata hitamnya, bibir merahnya yang berbentuk hati, rambut panjangnya yang keriting di bagian bawah, semua hal tentang Arderas membuat jantung Zella berdebar dan tangannya berkeringat. Biasanya, hal itu terjadi ketika Arderas menatapnya lekat. Namun, debaran itu semakin menggila ketika Zella hanya menatap Arderas dan mendengar suaranya saja.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang