Chapter 16

4.9K 337 5
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ


Hamparan rumput hijau membentang luas. Suasana yang senyap menambah rasa canggung antara keduanya. Tidak! Mungkin hanya Zella saja yang merasakan hal itu. Melihat bagaimana hanya mereka berdua saja yang berada di lapangan berumput hijau yang amat luas dan lebar ini. Seolah-olah, Arderas sudah menyewa tempat ini untuk beberapa jam agar bisa berduaan bersama Zella.

"Kenapa lapangan ini sepi banget?" tanya Zella memecah keheningan, berbasa-basi.

Arderas mengangkat kedua bahunya. "Jangan berpikiran kalau gue nyewa tempat ini. Mungkin, memang waktunya lagi sepi," jawab Arderas melirik Zella yang sudah merasa kepedean berujung malu.

Kini mereka berdua tepat berdiri di tengah lapangan. "Lihat ke atas," titah Arderas menunjuk ke arah langit.

Kepala Zella pun mendongak ke atas lalu dahi gadis itu berkerut keheranan. "Kenapa? Mau lihat bintang lagi?" tanya Zella.

Arderas menggeleng. Yang terjadi selanjutnya, suara ledakan kembang api menghiasi langit. Ledakan itu terus terdengar dan kembang api tersebut membentuk sebuah kalimat.

I love you, my boo.

Mata Zella mengerjap beberapa kali. Dia sulit mencerna situasi. Perasaan gadis itu campur aduk, jadi bingung harus mengeluarkan reaksi bagaimana. Yang hanya bisa dia lakukan hanya bergumam rendah, sungguh terharu.

"Suka?" tanya Arderas ketika kembang api itu telah berhenti. Dan kalimat yang tadi terbentuk mulai menghilang.

Zella menurunkan pandangan dan menoleh pada Arderas. Dia mengangguk pelan dengan senyum lebar menghiasi bibir. "Ini hal baru untuk gue, jadi gue suka."

"Gak ada yang pernah melakukan hal ini untuk gue. Gak ada yang pernah ngajak gue melihat bintang seperti lo. Semua yang lo lakukan, gak pernah dilakuin orang terdekat gue. Lo memang orang paling ngerti cara buat gue terhibur," jelas Zella, kembali menatap langit karena tak mampu menatap mata Arderas, takut salah tingkah.

Arderas tersenyum. Lantas menarik bahu Zella agar berdempet dengannya. Tangan Arderas merangkul bahu Zella dengan erat seolah-olah tidak membiarkan gadis itu untuk pergi jauh. "Gue akan lakukan segala cara supaya lo bisa bahagia, boo."

Di lain sisi, tak jauh di belakang posisi Arderas dan Zella berdiri, ada Alora yang menyaksikan semuanya. Mata gadis itu berkaca-kaca, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Alora berdiri tegang di tempat. Mata gadis itu tidak berkedip dari tadi, seolah tidak ingin melewatkan rasa sakit hatinya. Akan tetapi, sebuah telapak tangan seseorang dari belakang, menutup mata Alora hingga mata gadis itu pun akhirnya berkedip.

"Jangan dilihat kalau itu buat lo sakit hati," ucap orang itu. Galuh.

Walau mengenal suaranya, dan juga mungkin dari pemilik suara tersebut, Alora masih bergeming di tempat. Membiarkan Galuh berdiri di belakangnya dan terus menutup matanya.

Dari balik telapak tangan Galuh, mata Alora masih setia terpejam. "Seumur hidup gue gak pernah merasakan cinta," ucap Alora pelan.

"Cinta nggak harus selalu tentang pasangan," balas Galuh, pelan juga.

"Hati lo terasa kosong, mungkin lo belum bisa mencintai atau menerima diri lo sendiri."

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang