Chapter 17

4.4K 332 6
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

Mata Zella membelalak kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata Zella membelalak kaget. Dia refleks berdiri di atas ranjang setelah membaca pesan Arderas. Bisa habis nyawa Zella jika sampai Vigo memergoki Arderas. Vigo tidak suka Zella berdekatan dengan cowok manapun. Kata Vigo, bisa mengganggu fokus Zella dalam belajar.

Zella langsung berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Saat hendak membuka pintu utama rumah, terdengar suara tegas Vigo dari arah belakang punggung Zella.

"Mau kemana kamu?"

Raga Zella membeku di tempat. Dia berbalik dengan ragu-ragu dan sedikit bergetar ketakutan. "Eh, i-itu ada temen Zella di luar."

"Siapa?"

Zella menyingkir dari depan pintu, membiarkan Vigo yang membuka pintu. Pria itu dengan Mata jeli dan tajamnya, dia melihat ke arah gerbang hitam yang menjulang tinggi. Di depan gerbang itu, ada sebuah mobil hitam terparkir dan seorang cowok yang fokus memainkan ponsel bersandar pada pintu mobil.

Vigo tersenyum miring, lantas berbalik badan kembali menghadap Zella. "Pergilah, tapi jangan kemalaman."

"Hah?" Zella kebingungan.

"Iya, kamu mau pergi dengan dia, kan? Silakan, sebelum ayah berubah pikiran."

"I-iya." Zella langsung lari ke arah gerbang dan menemui Arderas.

"Kai, gak lucu, deh. Ngapain, sih, datang malam-malam seperti ini?"

"Ikut gue." Arderas merenggut pergelangan tangan Zella, tapi kaki gadis itu menahan hingga tubuhnya tidak dapat tertarik.

"Kemana? Gue lagi sibuk belajar."

"Besok lo bareng Dean. Jadi, hari ini lo harus bareng gue tanpa penolakan!" Arderas membuka pintu penumpang dan memaksa Zella untuk masuk. Bahkan tidak mengizinkan Zella untuk mengganti baju dulu sejenak. Padahal, Zella hanya memakai kaos hitam oversize polos dan celana pendek di atas lutut.

Arderas meraih jaket kulit warna hitam yang tergeletak asal di kursi belakang dan melemparkannya tepat di atas paha Zella. Itu jaket Arderas. Terlihat besar, jika Zella yang memakai pasti akan kebesaran.

Mobil mulai berjalan menjauh dari rumah Zella. Sepanjang perjalanan tanpa tujuan yang tidak Zella ketahui, hanya diisi oleh kesenyapan. "Gue gak tenang kalau lo sama Dean."

Setelah sekian lama, suara terdengar dari mulut Arderas. "Kenapa?" Zella menoleh penuh penasaran pada Arderas.

"Lo gak perlu tau alasannya. Gue bilang gue gak tenang, Zella."

"Aneh banget lo. Gue baik-baik aja. Lo gak perlu khawatir saat gue bersama dia. Dia gak sejahat yang lo kira."

"Oke, gue akan berusaha percaya," balas Arderas menyudahi perdebatan kecil ini.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang