ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
Suara sirine mobil ambulans terdengar keras. Tampak mobil tersebut terparkir di halaman parkiran rumah sakit. Beberapa pihak dari ambulans keluar dari mobil tersebut seraya mengeluarkan sebuah brankar. Di atasnya terdapat seseorang terbaring lemah, kepalanya yang terbentur keras itu dilumuri darah segar.
Mereka mendorong brankar tersebut dengan kecepatan penuh. Mereka berlari sangat kencang. Mobil lain menyusul parkir di belakang mobil ambulans tadi dan seorang gadis turun dari mobil itu. Gadis tersebut sangat ketakutan. Wajahnya sudah basah dipenuhi air mata. Tubuhnya yang tadinya wangi parfum, kini dibanjiri keringat dingin.
Wajahnya yang tadi berseri-seri, kini dipenuhi ketakutan dan kecemasan yang sungguh besar. Penampilan gadis itu yang tadinya rapi, kini sangat berantakan. Rambutnya juga kusut dan dia tidak mempedulikan itu. Gadis itu berlari cepat mengejar brankar yang sudah dibawa masuk oleh beberapa suster.
Gadis itu berlari terlalu kencang sampai terseok-seok dan sandal warna krim nya terlepas dari kakinya. Itu pun tidak dipedulikan lagi, gadis itu tetap berlari walau dengan sebelah sandal saja.
"Kai!!" Zella berteriak. Dia berteriak histeris ketika brankar Arderas masuk ke dalam ruang UGD. Zella tidak dapat masuk ke ruangan itu, dia akhirnya berhenti di depan pintunya saja. Pintu ruangan UGD telah tertutup.
Zella terisak. Tangisnya semakin kencang. Dia memegangi dadanya yang terasa sesak sekali. Sampai akhirnya, Zella tak sanggup menahan bobot tubuhnya sendiri dan berakhir berlutut di lantai. Gaun putih yang Zella kenakan, sudah kotor karena debu dari lantai itu. Zella memukul dadanya berulang kali, berharap mengurangi rasa sesak di dada itu. Titik-titik air jatuh membuat jejak di lantai.
Kepala Zella terasa sangat sakit. Seolah-olah gadis itu merasakan rasa sakit yang sama. Dimana Arderas sedang berjuang melawan rasa sakit itu.
"Zella!" Hasna dan Vigo datang bersamaan. Mereka berdua langsung berjongkok dan membantu Zella untuk segera berdiri.
Hasna berusaha untuk tidak menangis, karena dia tidak ingin semakin menambah kesedihan Zella. Hasna menatap pintu UGD yang masih tertutup rapat.
"Maa ... Kai. Kai di dalam sana, Ma!!" teriak Zella histeris.
Vigo langsung memeluk tubuh Zella dengan erat agar gadis itu bisa sedikit lebih tenang. Vigo mengelus punggung Zella untuk menguatkan gadis itu. "Tenang, sayang. Ayah ada di sini. Kamu tidak perlu takut. Arderas akan baik-baik saja."
"Gi-gimana kalau Arderas ninggalin Zella, yah?" Zella mendongakkan kepalanya. Dan Vigo dapat melihat kekacauan wajah Zella yang memerah dan dipenuhi air mata.
Vigo menggeleng. Dia usap wajah Zella yang penuh air mata itu. Lalu mengusap rambut Zella agar gadis itu tenang. "Arderas gak akan pergi kemana-mana. Dia akan baik-baik saja, dan semuanya akan kembali seperti biasa."
ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
Sekitar tiga puluh menit setelahnya, pintu ruangan UGD terbuka. Menampilkan seorang dokter paruh baya berjas putih. Hasna dan Vigo langsung menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana kondisi putra saya?!" tanya Hasna cemas.
Dokter tersebut menghela napas panjang sebelum berbicara, "Benturan keras di kepala menyebabkan pasien hilang ingatan jangka pendek. Meski begitu, ingatan dapat kembali secara bertahap dari waktu ke waktu. Saya akan melakukan pemantauan selama beberapa jam atau hari, tergantung tingkat keparahannya. Semakin cepat ditangani, semakin baik pula peluang penderita hilang ingatan untuk bisa pulih," jelas dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...