ꋬꋪ꒯ꏂꋪꋬꇙ
"Istirahat, Zel."
"Nggak, Kai. Ntaran aja, deh."
Arderas menghela napas panjang melihat sifat keras kepala Zella. Setelah mengetahui bahwa Hasna pergi ke butik, Zella langsung berinisiatif untuk membuatkan Arderas makan siang. Lantaran di rumah ini tidak ada bahan makanan dan Hasna belum punya waktu untuk berbelanja, Zella pun memasak seadanya saja.
Pasta. Hanya itu yang tersedia di rumah ini.
"Lo suka pasta, kan?"
"Suka," jawab Arderas singkat.
Arderas bertopang dagu dengan tatapan mata lekat pada Zella yang masih sibuk memasak pasta.
Arderas menghela napas setelah melihat helaian rambut Zella yang terurai menggelitik leher gadis itu. Sangat mengganggu kegiatan memasak Zella. Arderas pun mengambil scrunchie di atas meja pantry.
Zella dapat merasakan tangan dingin nyusup di antara rambutnya. Arderas di belakang menyisir rambut Zella memakai tangan dan mengumpulkan nya menjadi satu. Lalu dia ikat menggunakan scrunchie yang tadi dia ambil. Scrunchie milik Zella.
"Biar lo gak keganggu," ucap Arderas menyatakan tujuannya yang tiba-tiba berinisiatif mengikatkan rambut Zella.
"Peka juga lo." Zella tertawa kecil, lantas berbalik badan menghadap Arderas. Namun, Zella tidak tahu bahwa jarak antara mereka cukup dekat.
Mata mereka saling beradu pandang. Zella meneguk ludahnya kesusahan. Tatapan Arderas kemudian turun ke bibir Zella. Lagi, Arderas kembali terbayang ciuman singkat itu. Semalam Arderas tidak bisa tidur tenang hanya karena memikirkan hal itu. Zella benar-benar berhasil memporak-porandakan hati Arderas.
"Zel, udah selesai?" tanya Arderas pelan.
Zella mengangguk pelan. Sangat pelan lantaran gugup menguasai diri.
Arderas tidak bisa menahan diri. Dia mengangkat tubuh Zella hingga duduk di atas meja pantry membuat gadis itu kaget. Napas Zella bergetar ketika merasakan tangan kuat Arderas melingkar di pinggang belakang Zella. Zella memejamkan mata sementara jari Arderas mengusap rambut Zella ke samping. Zella langsung merasakan kehangatan dari bibir Arderas.
Cukup singkat sebelum Arderas melepaskannya sesaat dan kembali melumat bibir Zella. Arderas menjauhkan wajahnya lagi, lalu menatap wajah Zella yang merah.
Cowok itu lantas berbalik badan secara tiba-tiba karena sadar atas apa yang telah dia lakukan. Sungguh Arderas tidak ingin melakukan itu, hanya saja gejolak itu tidak dapat dia tahan setelah menyentuh bibir Zella untuk pertama kalinya.
Jujur saja, semalam adalah ciuman pertama Arderas. Dia tidak pernah melakukan hal seperti itu pada gadis manapun selain Zella.
"Zella, sorry." Arderas melirih setelah dia kembali menghadap Zella.
"Lu-lupain, i-ni pasta lo." Zella memalingkan wajah, turun dari meja pantry dan meletakk an sepiring pasta itu ke atas meja makan.
"Gue ke toilet dulu." kaki Zella melangkah dengan lebar menuju toilet yang berada di dapur.
Arderas menggeram rendah seraya menyugar rambut ke belakang. Namun, dia tidak bisa menahan senyum yang berkedut di bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzella
Teen FictionTeen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka juga diawali oleh sebuah taruhan, dimana sahabat Arderas menantang cowok itu untuk membuat Zella jatuh...