Chapter 30

5K 317 42
                                    

ꋬꋪꏂꋪꋬꇙ

"Udah ada rencana mau kuliah dimana?"

Arderas selalu tersenyum ketika Zella menghubungi dirinya lewat telfon. Padahal, dia sedang beberes rumah. Setelah Vigo mengatakan kebenaran itu, Arderas dan Hasna memilih untuk balik ke rumah mereka sendiri. Dan sekarang, Arderas sedang membereskan pakaiannya untuk dilipat dan dimasukkan ke dalam lemari.

Namun, ketika Zella menelfon, Arderas sama sekali tidak marah. Justru dia senang bisa beberes rumah sambil mendengar suara Zella yang saat ini sudah dia rindukan.

"Belum, lo sendiri?"

"Hmm, mungkin gue bakal kuliah di London? Kan, waktu itu gue pernah bilang kalau gue punya harapan. Masih ingat, kan, sama harapan itu?"

"Menikmati musim salju di London, kan?"

"Iyaa!!" Zella bersorak kegirangan di sebrang sana.

"Eh, tapi gue mau melengkapi harapan itu, deh."

"Melengkapi?" alis Arderas saling bertaut bingung.

"Diganti jadi ... menikmati musim salju bareng Arderas Kaizen di London."

"Kode supaya gue ikut kuliah di sana juga, nih?" Arderas kesemsem malu.

"Hehe, itu lo tau. Satu lagi, deh, harapannya."

"Harapan apa lagi?"

"Hidup bahagia bersama Arderas sampai tua."

"Harapan yang manis, gue aminin gak, nih?"

"Harus diaminkan, dong!"

"Iyaa, Aamiin. Oh, iya, Zel, gue tutup dulu telfon nya, ya?"

"Yah, kenapa?" suara Zella terdengar melemas. Sepertinya, semenjak Vigo memberikan restu atas hubungan mereka, Zella jadi kelewat senang minta ampun. Gadis itu bahkan terus menelfon Arderas, mengirimkan banyak pesan pada Arderas. Arderas juga melakukan hal yang sama. Dasar remaja yang sedang dimabuk cinta.

"Ada sedikit pekerjaan rumah lagi yang harus gue selesaikan. Janji cuma sebentar, nanti gue ke rumah lo, oke?"

"Beneran?!" nada suara Zella kembali bersemangat.

"Iya, sayang."

"Cepetan, ya?!"

"Iyaa, makanya tutup dulu telfon nya. Biar gue cepat ke sana."

"Okey!"

Panggilan dimatikan oleh Zella lebih dahulu.

"Arderas, kamu udah selesai belum beberes nya?" teriakan Hasna dari lantai bawah membuat Arderas menjawab dengan suara kuat.

"Sedikit lagi, ma!!"

Lipatan terakhir dan Arderas telah selesai. Cowok itu menarik kancing resleting koper warna hitam yang dia gunakan untuk menyimpan baju itu, lalu disimpan di atas lemari pakaian. Untungnya, Arderas memiliki tubuh semampai sehingga dengan mudah cowok itu menaruh koper tersebut tanpa bantuan benda lain seperti kursi.

ArzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang