12.

1.1K 84 1
                                    









🐥🐥🐥🐥








Zara turun dari bajaj, menyebrang untuk masuk ke dalam komplek rumah nya.

"Neng Zara udah pulang sekolah?" Tanya satpam komplek sambil membuka gerbang.

"Gak om, abis ngedangdut tadi." Sahut Zara.

Satpam itu terkekeh.

"Om, aku masuk dulu. Assallammualaikum."

"Walaikumsalam neng." Satpam itu kembali menutup gerbang komplek.

Zara memasuki kawasan rumah nya, melihat garasi tidak ada mobil papa nya.

Papa belom pulang ternyata

Zara memasuki rumah nya, sepi.

Iya, itu yang Zara lihat.

Zara memutuskan naik ke atas, melihat kamar saudara kembar nya, tidak ada orang.

"Loh, Zora belom pulang?" Gumam Zara.

Zara mengeluarkan ponsel nya, dan langsung menelfon Zora.

"Hallo, kenapa. Za?"

"Kenapa? Lo bilang kenapa? Lo pasti lupa hari ini kita punya janji sama bunda untuk jalan-jalan, Ra!"

"Aku gak bisa ikut dulu."

"Apa?! Kenapa?"

"Aku sama Fero—"

"Lo lebih mentingin cowok itu, Ra?"

"Gak gitu, aku mohon Za jangan gini. Aku bingung harus gimana."

"Sekarang lo dimana?"

"Aku di rumah sakit."

"Hah?! Ngapain? Lo kenapa?!"

"Bukan aku, tapi Fero. Aku hampir aja mau ketimpa pot dari atas gedung, untung ada Fero yang nolongin, jadinya Fero yang kepalanya bocor."

"Astaga, iya udah lo jaga Fero aja. Semoga baik-baik aja."

"Makasi ya, Za."

"Sampein dari gue, makasi udah mau nolongin lo. Gue benar-benar berterimakasih." Ucap Zara.

"Hehe iya, Za."

"Iya udah."

"Bye, Za." tut

Zara memasuki ponsel nya ke dalam saku androk abu-abu nya, ia akan menuju kamar bunda nya untuk mengecek keadaan bunda nya saat ini.

Clek

Melihat bunda nya sedang tertidur pulas di ranjang.

"Bunda—"

"Non, jangan ganggu nyonya dulu ya." Potong bibi Hanum.

"Kenapa, bi?"

"Tadi nyonya kumat lagi, baru aja dikasih obat dan baru tenang terus tertidur." Jawab bibi Hanum.

Bahu Zara merosot, mata antusiasnya berubah menjadi sendu, senyum nya redup. Rasanya ini tidak adil bagi Zara, kenapa harus terjadi lagi?

"Sabar ya, non."

"Iya, bi." Sahut Zara, kembali keluar dari kamar bunda nya dengan langkah berat.

Zara memutuskan keluar rumah, untuk menenagkan rasa kesal dan emosi ini.

Zara berhenti ditaman, melihat taman yang ramai tidak membuatnya lega, Zara kembali berjalan menuju lapangan bola, sepi dan kosong.

Zara menduduki bokong nya di ujung lapangan, menatap lurus dengan fokos, ini membuat jiwa dan raga nya tenang dan lega.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang