29.

817 61 9
                                    












🐥🐥🐥🐥









"Permisi, bu."

Guru itu memberhentikan pembicaraannya, menatap jam yang melingkar di tangan, lalu menggelengkan kepalanya.

"Dari mana kamu?"

"Dari toilet dulu, bu." Sahut Zara menyengir.

"Toilet sampai 30 menit? Ngapain aja kamu disana, mandi?" Sindir guru itu garang.

"Bu, izinin saya masuk dulu ke dalam, masa di luar kelas begini bu." Bujuk Zara di depan kelas.

"Masuk."

"Terimakasih, bu." Zara masuk dan berjalan santai ke tempat duduk nya.

"Saya emang suruh kamu masuk, bukan berati nyuruh kamu duduk, kesini kamu! Saya belum selesai bicara."

Zara mendengus pelan, berjalan mendekat ke guru itu.

"Kamu pikir sekolah ini punya mama dan ayah mu? Seenaknya aja."

"Astagfirullah." Ucap Zara mengelus dada.

"Kenapa kamu istigfar?"

"Bunda dan papah saya udah enggak ada bu, makanya saya istigfar." Jawab Zara santai.

Kelas mendadak hening, guru itu pun menjadi gelagapan.

"Bohong kamu ya? Saya tidak dengar kabar apapun bahwa ada murid yang orang tua nya sudah meninggal, gak usah mengada-ngada." Omel guru itu.

"Yee kagak percayaan amat, masa bunda papah saya meninggal harus teriak-teriak, biar pada tau saya sudah menjadi yatim dan piatu."

"Ya sudah, berati kita tidak perlu bahas itu, yang sekarang saya bahas sikap kamu yang se—"

"Sesungguh nya Allah akan melaknat seorang hamba yang berani membentak anak yatim dan piatu." Potong Zara.

"Maksud kamu apa ngomong seperti itu? Kamu sumpahin saya? Iya?"

"Astagfirullah, sesungguhnya fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan, jangan fitnah bu."

"Loh, saya gak fitnah! Sekarang saya tanya, maksud kamu berbicara seperti itu apa?"

"Ya ndak tau, ko tanya saya." Sahut Zara.

Guru itu menghela nafas.

"Terus saya harus nanya siapa?"

"Tanya aja bunda sama papah saya."

"Kamu bilang orang tua kamu sudah tiada!"

"Iya emang udah gak ada ya allah gusti nu agung, masa saya boong begituan."

"Terus kenapa kamu nyuruh saya nanya orang tua kamu? Ngeledek?"

"Kan kan astagfirullah, fitnah lagi."

"Saya ini bertanya—"

TINGGG

"Pas, pelajaran ibu udah abis kan? Silakan ibu, atau mau saya antar ke ruang kelas selanjut nya?" Tawar Zara.

"Tidak perlu, saya pusing sama kamu."

"Yaudah, saya duduk ya bu,  hati-hati bu." Zara berjalan santai menuju kursi nya.

"Dari mana?" Tanya teman sebangku baru nya.

Zara mengernyit.

"Lo barusan ngomong sama gue?"

Cewek itu mengangguk.

"Lo nanya gue darimana? Udah ngerasa dekat lo sama gue? Mentang-mentang gue biarin lo duduk sebelah gue." Omel Zara.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang