15.

1.1K 88 0
                                    

🐥🐥🐥🐥





"Zara, nak! Sayang."

Zara menatap sekeliling, ia sedang berada ditaman yang sepi, tidak ada orang.

"BUNDA, BUNDA DIMANA?"

"Zara."

"BUNDA! BUNDA DIMANA?!"

"Disini sayang."

Zara membalik badannya, tersenyum lebar melihat bunda nya, berlari dan langsung memeluk bunda nya erat.

"Jangan lupa bahagia, ya. Zara pasti bisa seperti dulu lagi, bisa ya?"

"BISA DONG!"

"Pinter anak bunda."

"Bun, ini kita dimana?" Tanya Zara bingung.

"Ini tempat bunda."

"Yuk bun pulang, papah udah berubah kayak dulu lagi loh, bun." Ucap Zara antusias.

Rina memeluk Zara erat.

"Saat Zara pulang nanti, jangan lupa jaga Zora dan papah, jangan lupa bahagia, disini bunda selalu memantau Zara, dan bunda tunggu Zara balet."

"Hehe siap bun!"

"Jaga kesehatan ya, nak."

Zara membuka matanya, melihat sekeliling menghela nafas, ia berada dikamar bundanya, kamar nya saat ini sedang diperbaiki, karena begitu berantakan, akibat ulah nya sendiri.

Zara menengok ke arah jam, memutuskan berdiri dari ranjang untuk siap-siap ke sekolah, mengingat mimpi itu membuat Zara sedikit memiliki semangat untuk menjalani hidup, apalagi saat balet nanti. Itu kemauan bundanya.

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk siap-siap, Zara membuka pintu dan turun ke bawah.

"Zara?" Tanya Zora tidak percaya.

"Kenapa lo? Kayak orang kaget." Tanya Zara, ikut duduk dimeja makan, dan mulai melahap nasi gorengnya, mengunyah pelan makanannya, ia menjadi teringat almarhum bundanya.

"Aku kaget aja." Sahut Zora.

"Dua hari lalu, bunda yang masakin kita sarapan, sekarang bi Hanum." Gumam Zara. Dewa sudah tidak mengizinkan Zara mengurus dapur, Dewa tidak ingin Zara kecapean, bahkan tugas yang lainnya selain dapur pun Dewa tidak mengizinkannya.

Zora menghela nafas, lalu mengelus-elus bahu Zara.

"Makasi ya, Za. Selama ini kamu jadi bahu untuk aku, sekarang kamu gak usah khawatir, papah kan udah berubah kayak dulu lagi." Ucap Zora.

"Iya, gue tenang sekarang. Lo juga disekolah pasti dijagain sama Fero—"

"Iya Allah, ini nak Zara?" Tanya bi Hanum memastikan, sambil membawa teko dari dalam dapur.

"Kenapa, sih bi? Aku kenapa?" Tanya Zara terkekeh.

"Bibi senang, liat nak Zara sehat seperti ini." Jawab bi Hanum.

"Emang sebelumnya aku penyakitan?" Tanya Zara.

"Gak gitu atuh, kemarin-kemarin kan—"

Zara berdiri, dan memeluk bi Hanum sambil terkekeh.

"Iya bi iya, ya udah aku berangkat duluan ya." Pamit Zara menyalami bi Hanum.

"Gak bareng aja, Za? Jangan naik motor dulu, takut-takut kepala kamu masih nyeri." Tanya Zora.

Zara mendengus.

"Bareng sama cowok lo itu? Naik mobil murahan? Ogah benar gue." Tolak Zara.

Zora terkekeh.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang