19.

925 77 0
                                    



🐥🐥🐥🐥


Zara memasuki motor nya ke garasi rumah, memarkirkan, dan masuk ke dalam rumah.

"Non Zara." Panggil bibi Hanum panik membawa kompresan dari dapur.

"Kenapa, bi?"

"Anu— non Zora bonyok—"

"Hah?! Sama siapa?!" Tanya Zara terkejut.

"Gak tau bibi, non Zora tidak mau bicara dari tadi, ini bibi mau kompres luka nya."

Zara menahan emosinya.

"Biar aku aja." Ucap Zara, mengambil kompresan itu, berjalan cepat menuju kamar Zora.

Clek

Zara memejamkan matanya, emosi nya benar-benar naik berkali lipat, setelah melihat kondisi Zora yang begitu banyak luka.

Zora tidak berani menatap saudara kembar nya, ia tahu Zara akan marah besar.

"Siapa?" Tanya Zara.

Zora tidak menjawab, Zara mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Siapa aja, Ra?" Tanya Zara lagi.

Hening.

"Jawab Ra selama gue masih baik, siapa?"

BRAKK

Zara melempar baskom komresan itu ke lantai, Zora terkejut.

"SEKALI LAGI GUE TANYA, SIAPA YANG BUAT LO LUKA-LUKA, ZORA?!"

Zora menangis, menggelengkan kepalanya ketakutan.

"JAWAB ANJING! GUE GAK AKAN BIARIN ORANG ITU HIDUP SETELAH APA YANG DIA BUAT SAMA LO! GAK AKAN ADA AMPUN, RA." Bentak Zara.

Zora semakin sesegukan, selain sakit karena lukanya, ia pun ketakutan melihat pertama kalinya Zara membentak dan memarahinya.

Zara memejamkan matanya, menahan emosinya ia tidak tega melihat Zora menangis sampek segitunya, cukup ia saja.

BUUKK

Zara menendang meja belajar, Zora semakin ketakutan.

"ARGHH BAJINGAN!" Umpat Zara.

Zara kembali menatap Zora, memperhatikan setiap inci luka Zora.

"Lo gak lupa 'kan dulu gue sesusah apa jaga lo dari papah? BIARIN GUE YANG MAMPUS, GUE YANG DIMAKI, GUE YANG DIPUKUL, GUE YANG DITAMPAR, ASAL BUKAN LO ANJING! Terus lo pikir gue bakal diem aja lo diginiin, Ra? Sekali lagi gue tanya, siapa Ra? SIAPA AZORA DEWANGGA?!"

"Zara—hiks... Takut." Lirih Zora.

BAKK

Zara kembali menendang pintu kamar Zora dengan kencang.

"Lo dengar baik-baik, gue gak akan pernah ikhlas lo dilukain sama siapapun termasuk papah! Siapa, Ra?" Tanya Zara, menurunkan nada suaranya.

"Mereka..."

"SIAPA AZORA?!"

"Hiks... Mereka—"












🐥🐥🐥










"Ra, udah anjir apaan banget sih make ginian, lo sekolah atau jual diri?!" Omel Zara, pagi ini Zora sedang mendandakan wajah nya, sebagaimana jika Zora ingin pergi berangkat ke sekolah.

"Ini ciri khas ku, Za. Kalo gak make ginian, nanti ketahuan." Sahut Zora.

"Iya lagi lo juga ngapain sekolah make ginian, bego?!" Gerutu Zara kesal.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang