27.

801 62 7
                                    










🐥🐥🐥

Zavan memeluk Zara yang sedang gemetar hebat, ia memang sedari tadi mengikuti Zara saat perempuan ini mulai menaiki tangga menuju rooftop.

"BUKAN GUE! BUKAN GUE!"

"Za... Please, sadar..." Zavan tidak tahu harus bagaimana saat ini.

"Bukan gue... Tolong..." Lirih Zara.

"Hey... Gak papa, ada gue." Ucap Zavan menenangkan Zara.

"Gue butuh pelukan, gue butuh semangat, gue butuh genggaman, gue butuh semuanya, bukan cuman Zora. Gue juga terpukul, gue juga trauma, gue— gue takut..." Cerocos Zara linglung, menatap mata Zavan dengan mata berkaca-kaca.

Zavan menganggukan kepalanya, ya tuhan apa yang kemarin ia lakukan? Kenapa kemarin ia menghindari Zara? Perempuan ini pun pasti terpukul dan trauma.

Zara menggelengkan kepalanya, lalu tertawa membuat perempuan ini semakin terlihat menyedihkan.

"Gue— gue takut..."

"Maaf, udah ya sekarang kan ada gue." Lirih Zavan, dan memeluk Zara dengan erat.

Zavan masih merasakan tubuh Zara bergemetar hebat.

"Papah meninggal, karena gue ya?" Gumam Zara.

Zavan menggelengkan kepalanya keras.

"Gak, Za. Enggak!"

"Gue ya? Karena gue ya? Gue pembunuh ya? Gue jahat ya? Gue kejam ya? Gue—"

"Nggak! Lo gak gitu!" Potong Zavan, perempuan ini benar-benar terpukul dan trauma.

"Zav..."

"Hem?" Setelah sekian lama, nama "itu"  kembali di sebut, ia rindu.

"Ajarin gue nangis, gue capek kalo harus ketawa terus." Lirih Zara.

"Za..." Zavan tidak bisa lagi berkata-kata.

Zara terus tertawa, mungkin menertawakan jalan garis hidup nya.

"Gue sejahat ini ya? Kok Rima ngejauhin gue? Kok lo ngejauhin gue? Salah gue besar banget ya? Maaf." Lirih Zara.

"Ada gue, Za." Gumam Zavan.











🐥🐥🐥








"Dilla di out?" Beo Zora terkejut, setelah mendengar banyak nya gosip di sepanjang koridor.

Nafas Zora memburu, ia mulai mengatur nafas.

Tiba-tiba seperti ada batu yang sangat besar menimpah diri nya, kenyataan ini begitu mengejutkan bagi Zora.

"Hai Zora, makasi ya karena lo gue gak bakal di bully lagi hahaha, maaf ya selama ini ngejauhin elo, ya mau gimana lagi soalnya gue di ancam sama Dila." Ucap Riri— sahabat lamanya.

Zora tidak bisa lagi menutupi rasa terkejut nya.

"Gue mau ngomong." Ucap Fero dingin tiba-tiba hadir, Riri yang paham akan situasi memilih pamit.

"Ikutin gue." Fero berjalan dahulu, di ikuti oleh Zora dengan rasa takut yang amat besar, mereka berjalan menuju taman.

Fero menyodorkan ponsel nya, dan rekaman itu mulai terputar, Zora semakin syok dan sangat terkejut.

"Ha—h?"

"Ck, gak nyangka banget cewek yang terkenal polos, baik hati, ternyata selicik ini." Ucap Fero.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang