31.

863 57 7
                                    








🐥🐥🐥🐥












"BERHENTI!" Teriak Zara, membuat Fero menginjak rem mobil nya mendadak.

"Kenapa?" Tanya Fero panik.

"Gue mau beli cimol, noh cimol." Jawab Zara santai.

Fero melongo, "anjir lah, gue kira kenapa." Gerutu Fero.

"Iya udah sono lo beli, turun." Suruh Zara.

"Hah?"

"Iya lo yang turun, beli sana cepat, kasian nih anak-anak gue lagi ngidam." Ucap Zara, sambil memgelus perut rata nya.

Fero mendengus, "ngeselin banget sih." Omel Fero, namun tangan kekar nya tetap mengacak-acak rambut Zara, dan memilih turun.

Tak butuh lama, Fero datang dengan membawa kemauan Azara, Zara berteriak senang.

"Senang banget emang? Apa enak nya sih cimol?" Tanya Fero, menyalakan kembali mesin mobil.

"Enak banget, lo cobain deh, aaaa..." Fero membuka mulut nya, dan satu cimol masuk ke dalam mulut nya.

"Enak, kan?" Tanya Zara antusias.

"Enak."

Zara terkekeh, "ternyata kita tuh gak perlu ya banyak-banyak orang terdekat, cukup satu orang aja, yang tulus dan pengertian kayak lo." Ucap Zara.

Fero tersenyum kecil.

"Sekarang gue paham, kenapa lo cuma punya teman dikit, ternyata teman dikit lo ini yang tulus sama lo."

"Bagus, kalo lo udah paham, sekarang tinggal berdamai sama diri sendiri, kalo semua orang yang pergi dari hidup lo bukan salah lo, tapi emang manusia datang dan pergi." Ucap Fero.

"Maksudnya? Lo juga bakal pergi, ya?" Tanya Zara.

"Gue gak tau, dan gue gak bisa janji bisa kayak gini selamanya sama lo, gue pernah janji sama Zora gak akan ninggalin dia, nyatanya? Gue sepengecut itu, tapi kalo di pikir-pikir ya namanya manusia datang, pasti ada waktu nya pergi dan pisah." Ucap Fero.

Zara menghela nafas, "gue selalu berdoa, semoga lo gak pergi kayak yang lain, Ro."

Fero menengok sekilas, lalu kembali fokos menyetir.

"Serius? Gak ada doa lain, ya? Makanya milih berdoa tentang gue aja."

"Gue serius, gue berdoa banyak hal, tapi yang paling gue harapin itu lo, Fero." Lirih Zara.

"Jangan berharap sama manusia, apalagi manusia nya cowok."

"Kenapa?"

"Iya jangan pokoknya."

Zara menghela nafas.

"Ada banyak hal baru yang gue dapat, setelah lebih kenal sama lo anjir." Ucap Fero terkekeh.

"Hal baru?"

"Iya, ternyata penampilan itu gak bisa jadiin kita buat nilai orang lain, lo yang kasar ternyata lo sebaik ini, dan hati lo tulus banget, lo berhak bahagia karena ketulusan lo sebagai manusia." Ucap Fero.

Zara tertawa.

"Anjay."

"Kan, mulai deh. Padahal gue serius." Ucap Fero mendengus.

"Iya iya, maaf."

Gue yakin, suatu hari  nanti orang-orang itu akan nyesel udah milih ninggalin orang setulus lo, Za.





ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang