17.

918 72 0
                                    














aloo, sebelmnya aku minta maaf utk cerita ini karena emg kata²nya trllau kasar mungkin, tpii aku cmn mau ngepas'in aja sm alur ceritanya, msa zara yg terkenal kasar, tpi ga kasar, ga nympe dong feel nyaa hehe, jdii klo emg ada yg keberatan dgn bahasa cerita ini, im so sorry and klo emg masi mau baca ni cerita ya allhamdullilah dong, klo emg uda berenti smpe sini bacanya, its okayy kalian ttp akan mnjdi teman ku krna udaa mau baca cerita ku, walau sebagian.

cemunguuuttttt 💗💋

next







🐥🐥🐥🐥










Zavan membuka pintu rooftop, bel isitirahat baru saja berbunyi, ia tidak ingin kekantin apalagi sampai bertemu Zara, menyatukan alis melihat ada Egi yang sedang duduk dipinggir rooftop, sambil melamun, Zavan berdehem dan memilih duduk di sebelah cowok itu.

"Kenapa lo?" Tanya Zavan santai.

Egi menghela nafas.

"Gak usah berisik." Sahut Egi tidak santai.

Zavan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, ia sekarang paham apa yang membuat Egi terlihat sedang melamun dan kosong.

"Adi pasti udah cerita, kan?" Tebak Zavan, mengingat salah satu anak OSIS sekaligus sahabat Egi mendengar percakapan Zavan, dengan kedua sahabatnya.

Lagi, Egi menghela nafas.

"Udah setahun lebih gue ngejar-ngejar dia, eh gak tau nya anjing banget dah." Sahut Egi, sudah tidak peduli siapa Zavan, toh Zara pun sudah punya cowok lain, dan artinya ia dan Zavan tidak ada hal yang harus diributkan lagi.

Zavan tersenyum tipis.

"Gue satu SMP sama Zara—"

"Yang benar lo?" Potong Egi.

Zavan mengangguk.

"Masa gue boong, gue tau persis dia gimana, dia dulu gak sekasar ini gak setoxic ini bahkan gak pernah keliatan lagi marah-marah, dulu SMP juga dia itu selalu ikut lomba olim entah MTK atau IPA, suaranya lembut banget, penampilannya soft banget, sampek pas kelas 9 dia jadi pendiem, dan agak sensitif." Cerita Zavan.

Percayalah, Egi tertarik dengan cerita Zavan, ia pun merasakan hal yang sama, entah kenapa Zara tidak sekasar dan setoxic ini.

"Terus..." Titah Egi.

"Sampek gue dengar, dia kena kasus berantem sama adik kelas, dan sekolah sampek gempar, ya lo pasti bisa bayangin sama cerita gue sebelumnya Zara itu dulu orang nya gimana, mulai dari situ, Zara selalu dapat kasus."

Egi mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi, aneh nya gue gak pernah liat nyokap atau bokapnya lagi, sebelum Zara berubah jadi sensitif, Zara kan selalu menangin lomba, otomatis nyokap atau bokap nya pasti datang, dan mereka datang. Tapi, pas Zara kena kasus mereka gak ada yang nongol—"

"Malu mungkin." Potong Egi.

"Bisa jadi, abis itu lulus eh gak nyangka banget bisa satu sekolah lagi sama Zara, dan sampek sekarang gue masih syok apa yang buat Zara jadi berubah drastis kayak gini." Lanjut Zavan.

"Jadi lo udah kenal Zara dari lama?"

"Iya."

"Lo udah suka sama dia dari SMP?"

"Iya."

"Anjing, kenapa gak bilang!"

"Lah—"

"Gue selama ini ngerasa lo orang baru, ternyata gue yang orang baru." Potong Egi.

ZARA & ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang