"Terkadang seseorang yang sangat mencintai kita, bisa berubah menjadi orang yang sangat sangat membenci kita. Semua itu karena kekecewaan yang berkepanjangan yang ia dapatkan dari orang yang dia cintai tanpa mau berubah. "- Fajri Fauzal Umam-
.
.
.
.
.Assalamualaikum
Happy reading 🤗Asya tengah duduk di kursi pinggir lapangan. Matanya seakan-akan menatap kearah anak-anak yang sedang bermain di lapangan, tapi ternyata tidak dengan pikirannya. Rasanya Asya ingin menghilang pergi dari muka bumi ini, meninggalkan semua beban yang selalu ia pikul sendiri, jika Allah menghendaki.
Berat beban yang ia pikul sampai pundaknya sudah tidak kuat lagi untuk tegap. Hatinya seakan sudah berontak karena terus-menerus didiskriminasikan oleh sang pemiliknya, rasanya Asya hampir gila karena terus-terusan berperang dengan isi kepalanya. Ingin rasanya Asya dibangunkan oleh suaminya dan memeluknya lalu berucap bahwa semua ini hanyalah mimpi. Tapi itu semua mustahil untuk terjadi. Hal pertama yang selalu membuat Asya ingin menjerit yaitu ketika bangun tidur dia sadar dengan status nya sebagai wanita yang di madu.
Berawal dari dikhianati orang yang sangat dia cintai, dibuat pusing dengan ucapan Ryan yang terus berputar di otaknya bagaikan kaset kusut, dan dipatahkan dengan hasil pemeriksaan dari dokter Rina kepadanya. Mengingat hasil pemeriksaannya dari dokter Rina kemarin, Asya belum memberitahu suaminya, Asya tidak mau cinta yang keluar dari mulut suaminya hanya karena iba semata. Semua ini membuat Asya putus harapan untuk menjadi perempuan sempurna yang sebenarnya.
Cesss...
Satu butiran air bening meluncur tanpa permisi membasahi pipi mulus Asya. Berat beban yang ia rasakan, dan hanya air mata yang mampu untuk menjelaskan semuanya.
" Ibu gulu cantik Kenapa nangis?" tanya seseorang anak perempuan berkuncir dua. Dengan cepat Asya langsung menghapus air mata di pipinya.
" Eh, Sabrina. Nggak. Ibu nggak nangis kok Sayang," jawab Asya yang Mencoba tersenyum kearah Sabrina
" Tapi matanya melah? Telus ada airnya, kata momy Sablina, kalau ada Air yang jatuh di mata, itu tandanya menangis." jawabnya lucu. Asya tersenyum mendengar perkataan anak yang masih berusia 5 tahun itu.
"Ia Sabrina, Ibu menangis. Tapi tangisan Ibu ini tangisan bahagia." ucapnya.
Sabrina tampak terdiam merasa tidak setuju dengan apa yang gurunya ucapkan. "Bukan begitu Ibu gulu," sanggahnya.
"Kalau menangis, itu tandanya sedih. Kalau telsenyum, Itu tandanya baru bahagia."
" Sabrina kata siapa?"
" Kata momy Sablina," jawabnya polos "Ibu gulu sakit apa sampai menangis? Siapa yang jahat ini bu gulu? bilang sama Sablina. Nanti sabelina obatin," ucap Sabrina dengan cadel nya, yang sulit mengucapkan huruf "R".
"Sabrina beneran mau obatin ibu?" tanya Asya dan dianguki oleh Sabrina.
" Kalau gitu, boleh nggak ibu guru minta dipeluk Sabrina?"
" Boleh dong,"
Sabrina langsung memeluk dengan erat tubuh gurunya. Asya kembali mengalirkan air matanya merasa tersentuh dengan ke dewasaan Sabrina. Akankah dia merasakan dipeluk oleh seorang malaikat kecilnya seperti Sabrina? Entahlah, hanya Allah yang maha tau akan semuanya yang berjalan di muka bumi dan takdir setiap hambanya.
" Sabrina ko cantik banget sih?"
" Iya dong, Sablina kan malaikat nya momy, "jawab sabrina antusias
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Cinta
Ficção AdolescenteFollow dulu atuh akunnya biar berkah. Yang udah follow didoain masuk surga, rizkinya melimpah, bahagia dunia akhirat. Yang belum follow juga gak papa, doain aja biar cepet cepet sadar terus follow deh. --------------------- --------------------- "...