5. Bang Sat

3.5K 357 77
                                    

Jangan lupa Vote dan juga komen!
Follow akun aku juga ya...

Beberapa poto terambil. Mbak mbak berbaju dusty pink itu tersenyum. ''Maaf ya, mas asisten. Mbak Mara gak bilang kalo butuh asisten. Kalau bilang saya punya kenalan. Kelihatan banget mas mas nya ini kurang profesional, mana kaya orang sakit lagi muka nya. Cowok kok lembek banget, disengol dikit langsung jatuh. Lain kali mbak Mara kalo ngerekrut asisten yang bener deh mbak.'' Cercaan panjang Mbk' dengan baju dusty pink.

Eza hanya diam. Bukan hanya mbak itu saja yang berucap seperti itu pada nya. Banyak sudah yang bilang seperti itu. Eza hanya mampu menelan semua cacian yang tidak pantas ia dapat kan.

''Heh! Mbak! Jangan asal ngomong dong! Biar bagaimana pun Asisten saya itu lebih ber-atitude dari pada mbak! Udah orng asing! Minta foto! Mana lagi ngerosting! Sok iya hidup mbak udah bener aja.'' Sahut Mara tak kalah saing.

Satria langsung mengandeng tangan bunda nya dan juga Adik nya. Suasana sudah tak mendukung. Namun sial nya, di area parkiran terdapat banyak wartawan yang sudah berkerubung.

''Iss ada yang cepu ini bun!" Pekik kesal Satria.

Bunda menganguk. Tanpa mereka sadari kondisi Eza yang lagi kambuh. Bagaimana tidak, ditarik dengan kekuatan penuh membuat nya harus berjalan dengan penuh kekuatan tenaga.

''Siang mbak Mara, bisa dijelaskan siapa yang ada disamping mas Satria?"

''Apakah asisten baru nya Mbak?"

''Tapi terlihat masih pelajar mbk"

Banyak pertanyaan lain nya yang ditanyakan. Membuat Mara mau tak mau menjawab nya.  Mara membenarkan kaca mata nya.

''Ya, dia asisten saya. Dia memang masih pelajar. Saya memperkerjakan nya karena saya kasihan melihat nya, hidup tanpa keluarga.'' Tutur Mara dengan senyuman yang mengembang.

Berbeda dengan Mara yang tersenyum, justru Eza mati matian menahan sesak yang menerpa nya. Terlebih lagi mendengar penuturan bunda nya. Ia pikir bunda akan mengakui nya, namun nyata nya tidak.

''EZA!"

Satria berteriak kala melihat Eza kesusahan dalam meraup oksigen, ditambah muka pucat sang adik. Langsung saja Satria membopong nya.

''KASIH JALAN OY!" Teriak Satria saat para wartawan tak memberi nya jalan. Terus terusan menyorot wajah tampan nya.

Mara bergegas masuk kedalam mobil. Melihat anak nya yang kambuh membuat nya merasa bersalah.

Mobil langsung melesat menuju kerumah sakit. Raut wajah nya terlihat begitu khawatir. Adik nya sudah tak sadar, meningal kan nya dalam gelisah.

~~°●°~~

''Udah kali bang.. gue ga papa juga." Ujar Eza. Pasal nya Satria sangat protektif saat diri nya sakit.

Kini diruangan serba putih itu berisikan dua orang yang saling berbicara. Eza dan Satria, ya.. mereka berdua. Sedangkan Mara belum kembali sedari tadi. Ia mengurus masalah administrasi.

Satria mengusak rambut nya pelan. ''Gue gak bisa santai Zaa..''

''Panik banget gue tuh, pas lo bengek. Gue bingung harus apa. Mana tu wartawan ngalagin jalan lagi. Udah tau keadaan gawat masih aja, sebel sendiri gue. Bunda kok betah ya.'' Dumel Satria.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang