Jangan lupa Vote..
Terima kasih.
Jangan lupa bersyukur!
Alhamdulilah..Detik ini Eza memutuskan untuk menjual lukisan nya. Walaupun terbilang gambaran yang dia gambar biasa biasa saja. Semoga ini menjadi jalan Rezeki nya.
"Ninggalin satu aja deh," Lalu menaruh satu lukisan kesayangan nya. Sebelum meletakan nya dia menatap lukisan itu intens. "Lukisan ini yang ngegambarin kehidupan aku."
Eza mengangkat semua lukisan itu untuk dibawa ke bazar yang kebetulan dibuka tak jauh dari rumah.
Dan sudah lima hari ini dia ditinggal dirumah sendiri. Semenjak bunda nya pulang sekitar 5 hari lalu. Untuk menjenguk, Eza tak kepikiran sama sekali. Toh, nanti dia di usir bukan?Dengan meminta tolong kepada Noval, Eza nekat datang untuk menjual lukisan nya yang berjumlah sekitar 18 biji.
"Lo yakin mau jualin semua ini?" Noval menatap tak percaya, "Bukan nya di setiap lukisan punya story nya. Ya buat lu?" Eza menganguk. "Udah lah gak papa, lagian juga gue bisa buat lagi."
Noval hanya menganguk patuh, lalu menjalan kan mobil nya ketempat bazar. Cukup dekat hanya memakan waktu 25 menit. Setelah sampai mereka menurunkan satu persatu lukisan yang ukuran nya lumayan besar.
Sejauh mata Eza memandang disini sudah dipenuhi para penjual. Bazar kali ini diadakan karena ada nya perayaan peresmian suatu brand lokal.
"Ini harga dah sama bingkai nya kan?"
Eza menganguk, "Yakali Val, orang beli lukisan gak sama bingkai nya. Mau ditempel di dinding pake solasi?" Sedang kan Noval yang bertanya tersenyum kikuk. "Kali aja gitu."
Terhenti nya argumen. Dan mereka mulai menyusun, tata letak lukisan yang strategis agar menarik minat pembeli. Pukul 09,00 sampai dengan selesai Bazar ini akan berjalan.
"Bu.. lukisan nya?"
Noval menyoraki pengunjung. Mulai menawari satu persatu dagangan nya. Mungkin kebanyakan pengunjung tidak menyukai lukisan hingga banyak dari mereka yang mengabaikan. Mrmilih kearea makanan dan cemilan daerah.
Eza dan Noval menghembuskan Nafas lelah. "Capek, gak ada yang beli." Eza seperti nya sudah putus asa. Saat mata nya menatap jam. Pukul menunjukan 12,10. Barang dagangan nya belum laku sama sekali.
"Sabar aja... Eh--Buk mau yang mana?" Noval berbicara cepat kala ada ibu-ibu berkonde dan juga ibu-ibu bersanggul. Mereka nampak melihat lihat.
"Dilihat bu, siapa tau tertarik. Harga nya juga pas dikantong." Eza berkata dengan tutur bahasa yang sopan.
Ibu itu nampak menunjuk salah satu lukisan. Yang dimana lukisan tersebut bergambar tentang pemandangan senja dipingir pantai dengan seorang pasangan yang menatap kagum.
"Yang itu berapa mas?" Tanya ibu bersangul.
Noval nampak mengode Eza, "200 buk. Itu dah plus sama bingkai nya."
Ibu itu nampak berpikir, "30 ribu aja mas, gambar nya aja. Saya dirumah ada bingkai bekas."
Eza mengeleng dusertai dengan senyuman, "Belum boleh bu. Saya kasih harga pas nya aja bu. Saya kasih 150 ribu."
"30 ribu aja ya mas?" Tawar nya lagi.
Noval maju, sambil menunjuk lukisan nya. "Ini buk, lukisan nya dibuat sama temen saya waktu malem-malem. Dia begadang, biar kekumpul tu imajinasi nya. Hargain dikit lah buk, masa iya ditawar 30 ribu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlaeza Roman (End)
General FictionSelamat datang hal baik :) Ombak pantai tak akan sangup menerpa kokoh nya karang, tapi air laut yang berdampingan mampu mengikis karang secara perlahan. Dan Mentari akan selalu jadi mentari tak dapat mengantikan peran nya bulan, begitupun dengan dir...