26. Tawa dan Tangis (1)

2.3K 274 30
                                    

Yowepee
Eh ges bantuin vote lah, aku ada target vote dan komen soal nya😓

Klo ga sesuai target ga di publikasikan.
Yg part sebelum nya, yang blom vote ayoalh vote dulu.

Kelanjutan cerita ini ada di tangan kalian🤷‍♀️


Sudah dua hari ini keluarga besar Ares menyiapkan acara untuk perayaan hari jadi pernikahan Ares & Mara. Eza juga tak luput dari kesibukan itu. Acara kali ini cukup meriah, menyewa beberapa tenda dan juga didirikan nya pangung.  Ares memilih untuk merayakan nya dirumah dari pada menyewa gedung.

"Eza ambilin Sapu!" perintah Ayah adalah perintah mutlak, Eza menganguk. Lalu mencari Sapu yang ayah nya maksut.

Eza menyodorkan Sapu lidi itu kepada Ayah, "Nih Yah," sapu itu diambil oleh Ares dengan tatapan sengit. Ares mendekat pada Eza lantas membisikan kata yang membuat Eza terbuang.

"Jangan pangil Dengan Sebutan Ayah! Disini banyak orang! Paham?" Kalimat itu penuh dengan penekanan, Eza meremang dibuat nya. Lalu dia menganguk sebagai balasan.

Setelah Nya Ares berlalu tanpa mrmperdulikan Eza. Eza menunduk, meremas kaus oblong yang nampak kebesaran dipakai nya. Setitik air mata membasahi pipi, dengan cepat dia menghapus nya.

Dia berlari menuju kamar, ohiya. Eza lupa, kalau banyak orang, Eza di perintah Bunda dan juga Ayah jangan masuk kekamar nya, kata nya identitas mereka akan ketahuan.

Eza berlari putar arah, menuju keluar pagar rumah mengendarai motor metic nya. Tak lupa membawa ponsel, dan inhealer. Eza tak menghiraukan tatapan mengunjing dari mereka yang melihat nya.

Tatapan meremehkan! Eza benci itu.

Diperjalanan, yang sepi tentu nya. Eza menangis di atas motor. Untung dia mengunakan helm jadi nya tak begitu terlihat. Helm pemberian mendiang Noval, walaupun warna nya pink Eza tetap sayang ini. Ini adalah benda pemberian Noval yang terakhir.

Pikiran Eza melayang, dia mengendarai motor dengan melamun. Jujur dia sangat lemas sekarang, dan demi keselamatan nya dia menepikan motor.

Dibawah pohon yang rindang ini Eza menepi, dengan  pemandangan di depan nya adalah hamparan air laut. Eza bingung harus memberikan hadiah apa untuk ayah dan bunda nya. Mengingat dia yang tak memiliki banyak uang.

Eza berpikir, terus berpikir. Sampai pada akhir dia terpikir oleh kesukaan Mara dan juga Ares. Jam tangan. Benda itu memiliki tempat tersendiri didalam rumah. Saking cinta nya Ares dan juga Mara pada benda itu. Bahkan mereka tak akan tangung-tangung merogoh kocek yang cukup fantastis. Hobby yang sanggat menguras uang.

"Jam copel aja deh,"

Eza berpikir lagi, "Nanti deh beli nya masih siang, sore-sorean aja. Ngadem disini bentar." Dia berbicara pada diri nya sendiri. Netra nya bergulir, menatap takjub pada hamparan air laut.

Tanpa diperintar bibir nya terangkat membentuk sebuah ukiran senyum yang teduh, rambut nya sesekali tertiup angin, memberikan rasa sejuk yang mendalam. Untuk Sejenak Eza merasa bahagia, karena akan nikmat tuhan.

"Akhh..."

Tiba-tiba dia merintih, tangan nya sepontan memegang titik rasa sakit yang berpusat di dada nya. Sakitt sekali. Eza menekan nya kuat-kuat. Agar rasa sakit itu hilang. Sialan, rasa nya makin menjadi.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang