Jangan lupa Vote & Follow
Satria merasa hidup nya hancur. Ia sekarang menjadi pria cacat, batin nya selalu menyalahkan nya. Menjadi pria yang tak berguna. Mimpi nya yang dahulu mengebu gebu untuk terwujut kini harus ia kubur dalam-dalam.
"Ahhh..." Ringisan itu terdengar kala Satria tersandung anak tangga. Saat ingin menuju kekamar nya.
Eza yang melihat nya dari bawah langsung berlari menghampiri sang Abang. "Hati-hati, Bang." Dengan gerakan pelan Eza membantu Satria untuk bangkit.
Namun, dengan kasar nya Satria menepis tangan Eza."Gak usah sok peduli!" Ujar nya cukup keras.
Satria masih berusaha naik anak tangga, untuk menuju kamar nya, dengan tangan yang meraba raba.
"Bang, Biar gue bantu." Tawar Eza lagi.
"Gue bisa, Za. Jangan ngeremehin gue!" Ujar nya tak suka. Lalu di anak tangga terakhir Satria bisa masuk kedalam kamar nya. Menutup pintu dengan cepat dan keras.
Eza terjingkat kaget, "Mau dibantuin juga, Sombong amat.."
Dalam kamar nya, Satria meluruh di lantai. Kali ini ia terisak begitu pilu. Mengangap takdir begitu kejam kepada nya. Mengambil indra pengelihatan nya, teman teman nya menjauh dari nya, semoga saja pacar nya tidak. Namun, apakah gadis nya mau memiliki kekasih seorang pria buta? Mungkin.
"Abang." Ketukan diiringi dengan pangilan menyapa indra pendengaran. Di luar kamar Eza memanggil nya.
"Brisik!" Jawab nya ketus, "Pergi, Za. Gue pengen sendiri." Jawab nya sambil menghapus air mata nya kasar. Bila perlu ia mengelap nya dengan baju nya.
"Tapi lo belum makan, Bang. Ini gue buatin mi goreng, kesukaan lo. Ayo lah, Bang. Gue dah capek capek buat, hargain dikit laa.." Eza berusaha membujuk Satria dengan sedikit nada manja.
"Jijik" Sahut Satria dalam kamar, lalu kamar terbuka menampakan pria yang kacau. Dengan keadaan rambut berantakan lalu bekas air mata yang sudah mengering.
"Mana, Mi nya?" Tanya Satria lalu menyodorkan tangan nya.
Eza tersenyum, Abang nya ini masih sama. Masih menjadi orang yang menghargai kerja keras seseorang walaupun hanya sedikit. Eza bangga memiliki Abang seperti Satria.
(Mau abang kaya Satria ga?)
"Ni, Makan yang banyak. Badan lo kurus, nanti gak ada cewe yang mau lagi." Ledek Eza sambil menyodorkan piring berisikan Mi goreng.
Satria mendengkus kesal, "Buta, Buta gini. Gue punya Cewe loh. Lo yang sehat, bugar sentosa, mana pernah bawa cewe kerumah? Pasti enggak kan."
Eza mengerucutkan bibir nya, "Kapan lo pernah bawa cewe kerumah?"
"Pas itu, kalo gak percaya tanya sama Bunda. Dah sana lo keluar gue pengen makan trus bobo ganteng."
"Serah, lo deh bang."
***
Duduk di kursi dalam Cafe Leonara, membuat Nana bosan. Ini sudah pukul 20,10. Eza sudah telat 10 menit. Nana dibuat mendengkus kesal oleh itu. Namun, selama umpatan demi umpatan untuk Eza, remaja itu datang.
Nana melambai kan tangan nya.
Eza menganguk lalu menghampiri Nana, "Kena macet ya?" Tanya Nana, Eza menganguk lalu mendudukan diri nya dibangku sebelah Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlaeza Roman (End)
Ficción GeneralSelamat datang hal baik :) Ombak pantai tak akan sangup menerpa kokoh nya karang, tapi air laut yang berdampingan mampu mengikis karang secara perlahan. Dan Mentari akan selalu jadi mentari tak dapat mengantikan peran nya bulan, begitupun dengan dir...