29. Sudah dewasa kan? pendam.

2.7K 316 33
                                    

Yowepee
Jangan lupa vote

Eza belum membuka mata nya, terhitung sudah tiga hari ini terlelap. Badan nya tertutupi selimut rumah sakit. Dengan Jarum infus tertancap di punggung tangan nya, tak tertinggal pula masker oksigen yang menutupi hidung dan area mulut nya.

Satria dan Arga juga Ibram, mereka bergantian berjaga disana. Sekarang lagi shift Arga. Lelaki paruh baya itu menatap luar jendela dengan hampa.

"Maafin aku pa, Ares kaya gini gara-gara aku."

Lalu dia menghela nafas pelan, dan mengacak rambut nya prustasi. Manik legam nya dialihkan menatap Eza yang terbaring. Lalu dia mendekat. Mengusap pucuk rambut nya.

"Ayah kamu itu orang baik, sebener nya. Tapi orang baik yang terzolimi jadi nya jahat." tutur Arga masih sambil mengelus pucuk rambut keponakan nya itu.

Dia menarik kursi tunggu yang berada didekat nya, ditarik nya lalu dia duduki. Tangan nya mengapai jemari-jemari lemas sang keponakan.

"Kamu anak yang kuat Eza, papa yakin. Sudah berapa pukulan yang Ares buat sama kamu?" Tangannya mengelus punggung tangan Eza.  "Sampe kurus gini. Atas nama ayah kmu papa minta maaf."

Tak terasa lelehan air mata turut menjadi saksi penyeselan Arga. "Bangun nak, kamu anak yang kuat."

"Besok papa akan ajak kamu kerumah aja. Disana mungkin kamu akan baik-baik saja."

"Papa pastikan itu,"

~°●°~

Perempuan berusia 30 lebih itu berlari dan mengejar seorang laki-laki , tangan nya mencekal pergelangan tangan  lelaki itu. "Kamu mau kemana!" Sergah nya cepat. Lelaki itu menghempas kan tangan nya kasar, "Apa-apan kamu! Saya gak ada urusan sama kamu!" Tantang nya dengan tangan yang bersedekap dada.

Wanita itu berdecih tak suka, "Apa?!" Tangan nya menunjuk wajah Lelaki itu. "Setelah apa yang kamu perbuat sama aku?! Setelah kamu yang ngerusak hubungan aku?"

"Gak punya hati!"

Lelaki itu berdiri tegak tanpa memperdulikan ocehan sang wanita. "Apa mau mu!?" Tanya laki-laki itu. "Uang? Perusahaan? Atau tanah? Seb—"

Plak..

Tamparan itu melayang, tepat mengenai pipi sang lelaki, sehinga membuat nya tertoleh kesamping. "Bisa ya kamu? Seakan-akan aku ngemis itu sama kamu!" Sentak wanita itu, "Aku mau keadilan!"

"Aku gak butuh uang haram mu!"

Lelaki itu mengeraskan rahang nya, urat-urat leher nya bermunculan, menandakan amarah sedang menguasai nya. "Terus mau mu apa!" Tantang nya.

"Keadilan!"  Sahut nya cepat.

"Gak! Gak ada keadilan bagi wanita murahan kaya kamu!" Kata laki-laki itu dengan enteng nya.

Wanita itu mematung, "A-apa? Y-yakin aku yang murahan? YAKIN ARES!"

"Ya, 100%"

Wanita itu berdiri dengan air mata yang mengenang, hati nya bagaikan tertusuk beribu belati tak kasap mata, sebutir air mata kini menghiasi pipi nya. Tangan nya bergetar menahan amarah yang mungkin akan meluap kapan pun.

"Dasar! Laki-laki brengsek!"

Ares berbalik badan, "Kamu gak akan bisa ngambil apa yang bukan hak kamu, Na.."

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang