14. Tante Rena

2K 234 9
                                    

Jangan lupa Vote
Siapp?
Mulai!

Terhitung sudah 3 jam dari Eza siuman, kini dalam ruang inap nya. Semua nya berkumpul. Eza sangat menanti nantikan hal ini. Eza rasa, sudah lama sekali ia tak berkumpul dalam gurauan tawa yang mengudara dalam hangat nya keluarga.

"Bunda,"

Mara yang sedari tadi menatap kosong sudut ruangan pun menoleh kearah sumber suara, "Ya, kenapa. Za?"

"Bunda, apa bener Bang Satria udah pernah bawa cewe kerumah?"

Mara menganguk, "Cewe nya cantik, Za. Nama nya Sasa. rambut nya sebahu, kulit nya kuning langsat. Imut deh pokok nya." Puji Mara pada Sosok Sasa. Ia nampak berpikir, "Ya.. Cocok lah sama Abang kamu."

"Pasangan yang romantis."

Mara berkata sunguh apa ada nya. Sasa adalah gadis sederhana yang mampu meluluhkan hati anak nya. Mara juga memboleh kan hubungan mereka. Kalau itu masih batas wajar.

Satria dalam diam nya ia tersenyum, "Sasa, Cantik. Kan Cewe nya Satria." Kata nya diakhiri dengan tawa bangga.

Walau Sasa adalah gadis yang sederhana dalam berpakaian. Namun, Sasa menjadi salah satu gadis paling di incar satu sekolahan. Nama nya terkenal mula mula saat ia mengikuti kejuaraan pencak silat yang diadakan antar sekolah.

"Eza, pengen ketemu deh sama Sasa-sasa itu. Kek nya dia the best banget ya? Abang aja sampe dibuat senyum senyum sendiri." Kalimat yang menjujung tinggi Satria. Satria sendiri hanya tersenyum. "Kapan kapan ajak main."

"Biasa nya juga hari minggu dia main kerumah." Timpal Mara.

Eza nampak antusian mengharapkan gadis yang meluluhkan hati abang nya. Ia juga ingin ceritakan kekasih nya kepada keluarga nya, Eza rasa itu sangat membanggakan. Tapi siapa yang mau menjadi kekasih nya, Nana saja menolak nya.

Ares berdiri dalam duduk nya, dia menenteng tas nya dan berlalu pergi dari ruangan Eza tanpa sepatah kata pun. Tawa Eza yang tadi menguar kini tertenal hening nya ruangan.

"Ayah mau ke mana, Bun?"

Mara mengeleng, "Ada urusan kali, ayah udah jagain kamu dari kemarin. Mungkin dia capek makan nya mau istirahat juga."

Eza nampak berfikir, "Bunda cape gak jagain aku?"

"Bunda capek sebener nya, tapi mau kaya mana lagi? Nanti kamu gak ada yang jagain. Kemarin juga bunda batalin projek Filem yang ditawarin temen bunda."

Seketika raut muka Eza berubah, dia pikir bunda dan ayah nya tulus menemani nya dirumah sakit tanpa ada suatu tekanan, namun nyata nya dia salah.

"Bunda istirahat aja biar Satria yang jagain Eza."

Eza mendongak menatap Satria lamat lamat. Dalam kebingungan dan rasa bersalah nya dia mengucap sukur kepada tuhan masih diberikan saudara seperti Satria.

"Gak bisa dong, Abang juga kan butuh istirahat. Karena Eza disini masih harus rawat inap sampe besok pagi. Gimana kalau Abang, Bunda, Ayah istirahat di rumah untuk semalam. Eza disini sendiri, lagian keadaan udah mendingan." Mara jauh lebih khawatir dengan keadaan Satria.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang