34. Buktikan!

2.6K 323 27
                                    

Yowepee
Jangan lupa vote!

Siang ini menunggu taksi, untuk berangkat sekolah dia sekarang mengunakan taksi. Tak lagi mengendarai motor nya, Ares sibuk dengan pekerjaan nya, Mara yang jarang pulang dan lebih memilih  menginap di butik.

Eza miris dengan keluarga nya ini.

Makin lama, kehangatan sudah menjauh dari dekapan. Rasa dingin mulai membaluri semua insan di rumah ini. Kalian tau? Setiap makan malam tak ada sarapan yang terpampang di meja makan.

Eza hanya makan dengan mie, dan Satria yang lebih suka nongkrong di cafe-cafe ternama dengan kekasih nya. Eza pikir setelah semua orang tau bahwa diri nya sakit, mereka akan lebih peduli dengan nya, nyata nya semua itu salah.

Dia makin terabaikan, namun tetap sekali-kali Eza ditemani untuk menjalan kan kemoterapi oleh Satria dan kadang juga Ares.

Eza tak kuat menahan semua efek yang terjadi setelah melakukan kemo. Ayah nya selalu memberikan semangat, itu motivasi nya ingin sembuh, dan ya memang itu.

"Jalan merpati putih, pak," setelah nya mobil melaju dengan keadaan sedang. Eza memainkan ponsel nya dengan sesekali melihat jalanan yang penuh akan polusi.

Cit..

Decitan terdengar, gesekan antara ban dan juga aspal yang membuat suara dencitan itu tercipta. Eza melepas sabuk pengaman, dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada supir taksi tersebut.

"Kemaren bunda bilang sama nenek, kalau cucu nya temen nya nenek ada yang ikut olimpiade biologi,"
Eza berhenti di trotoar, melihat kearah samping dan kiri dengan beegantian.

"Kemarin juga pak Heru bilang bakalan ada olipiade yang akan diadain di tingkat provinsi? Kalau gue ikutkan mungkin ga ya?"

Eza tersenyum seketika, mata nya nampak berbinar, tawa nya mengudara, lalu langkah nya dia percepat menuju toko buku di depan nya itu.

Lonceng diatas pintu berbunyi, menandakan seseorang telah masuk kedalam toko buku. Eza nampak berjalan menuju rak buku yang berisi tumpukan buku biologi dan sejenis nya. Dia memilih, membuka isi nya setelah dirasa nya cocok, dia mengambil dan membayar nya.

Tak tangung tangung, buku yang dia ambil tak hanya satu, melain kan empat buku. Yang tebal nya juga tak main main.

Eza memutuskan untuk giat belajar, untuk memenangkan olimpiade itu.

Sungguh tekat nya kuat sekali.

Keesokan hari nya, Eza betul-betul mendatangi pak Heru dan bertanya info tentang olimpiade itu. Tangapan dari pak Heru sendiri sangat positif. Dia menyuruh Eza untuk mengikuti olimpiade itu, kata nya biar nambah pengalaman.

Jadilah Eza disini, ditaman sekolah dengan banyak nya buku paket yang tersusun rapih di sebelahnya dan satu buku yang dia baca.

Berjuang sendiri sangat sangat melelah kan.

Rentetan kata tersusun rapih diatas sana. Mata nya mulai bergulir membaca setiap bait tanpa meninggalkan sepotong kata. Mungkin semesta yang bersahabat menjadikan cuaca cerah.

Setelah sekitar empat puluh menit membaca, Eza merengangkan badan nya, mengolet dengan perlahan. Mengambil minum di tas nya dan menegak nya hingga tandas.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang