31. kenyataan :)

3.1K 347 46
                                    

Yowepeee
Jangan lupa vote dan komen..

Mara dikaget kan dengan sosok pemuda yang meringkuk lusuh di teras rumah nya. Dia mendekat lalu melihat siapakah pemuda yang tertidur itu. Untuk beberapa detik hati nya menghangat. Melihat putra nya tertidur dengan lelap, namun disatu sisi hati nya mencelos melihat anak nya tertidur di teras rumah.

"Gak! Ga usah kasihan Mara!" Dia meyakinkan diri nya. Mara masuk kedalam rumah untuk mengambil sesuatu. Dia keluar saat sudah menemukan nya.

Byur..

Air itu sukses mengagetkan Eza, dia gelagapan. Dan seketika bangun, Eza menatap lesu Mara. Wajah nya pucat pasi ditambah dingin nya air yang menget kan nya.

"K–kenapa Bun?" Tanya nya masih dengan memunculkan senyum nya.

Sedang kan Mara sudah berteteng tangan. "Enak-Enakan tidur! Lupa sama kewajiban nya!?" Mata berteriak, Eza memejamkan mata dan mencengkram kepala nya saat pusing melanda.

Mara berdecak, "Halah.. sok-sok an sakit, Basi tau gak!" Kata nya, "Sekarang bunda gak mau tau pokok nya rumah dah harus beresan sebelum kamu berangkat sekolah! Dan jangan lupa siapin sarapan."
Mara berkata lalu dengan seenak nya melengang pergi, meningalkan Eza sendiri.

Eza masih mengatur nafas nya, walaupun rasa nya kepala nya ingin meledak, Eza harus berusaha.  Dengan tertatih dia berdiri, mencari dinding untuk menjadi titik tumpuan.

"Ya allah, Sakit banget." ringis nya. Sakit yang teramat pada kepala nya kini berganti keseluruh tubuh, pun dia menyadari bahwa hampir seper empat badan nya terhiasi lebam-lebam berwarna ungu. Seperti nya masih baru.

Eza tak menghiraukan nya, yang penting dia harus membereskan rumah agar bisa cepat-cepat istrirahat.

Dimulai dari mencuci piring. Tumpukan piring kotor tepampang sangat banyak. Eza menuangkan sabun pencuci piring. Lalu mulai mengerjakan nya.

Setelah usai..

Dia melanjutkan nya dengan menyapu lantai bawah. Sapu menjadi titik tumpuan bagi nya.

Setelah usai..

Dia melanjutkan dengan memasak. Ini menurut nya pekerjaan rumah yang paling sulit. "Alhamdulilah ada telur," pertolongan menghampiri nya. Dan akhir nya dia memutuskan mengoreng telur saja.

"Cuci baju bakalan sempet gak ya?" Gumma nya, netra nya melihat ke jam dinding. "Kaya nya sih gak keburu. Yaudah lah gak sekolah aja. Gue gak kuat juga kaya nya."

Dan akhir nya Eza memutuskan untuk mencuci baju dari pada sekolah. Dia mengambil baju kotor di kamar Mara dan juga Satria, tak pula lupa dia mencuci baju nya.

Memang mengunakan mesin cuci tapi tetap saja, akan melelah kan, apalagi dengan tubuh nya yang kurang fit.

Suara putaran mesin cuci sudah terdengar, air sudah dia masukin dan kini hanya tingal menunggu untuk di bilas. Eza duduk di samping mesin cuci, mata nya terpejam, menikmati sensasi panas yang menjalar di seluruh permukaan wajah nya. Tangan nya memegang kening, dan panas kini mulai terasa.

"Ck! Lemah banget, dikit-dikit demam." Dia berdecak kasar. Kesal dengan keadaan, saat dia sakit akan menghambat pekerjaan nya. Dan itu akan membuat nya kesulitan dan tersiksa.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang