27. Tawa dan Tangis (2)

2.3K 293 45
                                    

Yowepee..
Jangan lupa komen dan vote cerita ini.
Bantu share juga yaa..


Eza telah bersiap dengan setelan jas berwarna navy, senyum nya tak pernah luntus sejak tadi. Dia sangat-sangat bersemangat. Eza mengambil kotak kado yang dia sudah beri pita cantik.

"Gila si, acara nya bakalan Rame banget!"

Eza menghela nafas nya, "Gue harus mantau ni, biar acara nya berjalan mulus,"

Dia keluar kamar dengan cara mengendap-endap. Saat keluar dari pintu, bersamaan juga Satria keluar dari kamar. Dia terlihat sangat tampan sekali. Eza menatap kagum pada Abang nya. Terlibat tegas dan berwibawa.

"Anjirt beda banget aura lo bang!"

Satria tertawa pelan, menoyor kepala Eza, "Halah bisa aja,"  Eza nampak tertawa menangapi abang nya. Lantas Satria mengeyit heran, "Goblok kita kan pake jas copel bego! Gue ganteng ya lo juga ganteng lah ogep!"

Eza menyadari nya dan tertawa pula.

"Gue ganteng gak bang?" Tanya Eza.

Satria menganguk, samar. "Tapi ya, masih gantengan gue," dia menepuk dada nya bangga.

"Ayo turun, acaranya udah mau dimulai."

Eza menganguk, "Lo duluan aja ba—"

"Satria!"

Kedua nya kompak menoleh kebawah tangga. "Tu, bang. Bunda udah manggil. Sana lo duluan, gue nanti abis lo turun," kata nya mencoba membujuk.

Satria menganguk mengiyakan. "Yaudah lo buruan kebawah ya, ntar di marahin ayah lagi kalo telat."
Satria menuruni tangga. Dan tak beberapa lama Eza pun menuruni tangga dengan perlahan.

Ares yang berada di sudut dapur melihat Eza yang mengendap-endap lantas menghampiri. Menarik lengan pemuda itu lalu menyert nya ke gudang.

Tatapan tajam kini tersorot, Ares berdecak tak suka. Eza menunduk, memikirkan kesalahan apa yang telah dia buat. "Kenapa yah?" Tanya nya, dia mencoba mengumpulkan keberanian nya.

"Kamu ini, pinter apa bodoh sih!"

Eza mendongak, menatap lekat sang ayah, lantas bertanya, "Maksut ayah apa? Eza gak ngerti? Eza ada salah? Iya yah?" Pertanyaan kini membanjiri otak Eza.

Ares memalingkan wajah, "Ternyata bodoh! Ck.. pantas saja." Dia tersenyum remeh, lalu menatap bengis Eza dan kembali menatap intens Eza, "Jas copel ini jangan di pakai," kata nya. "Kamu mau identitas ayah sama bunda kebongkar, terus karir kami hancur, kamu mau orang tua kamu tersiksa? Mau Eza?" Lanjut nya. Kata yang tertekan terdengar sangat santai namun penuh penekanan disetiap kata.

Eza kontak mengeleng, "Gak ayah! Eza gak mau orang tua Eza hidup menderita, tapi—" helaan nafas terdengar panjang. Cukul mana jeda nafas itu, "Eza juga mau ikutan acara keluarga ini, Eza pengen juga ngerayain anniversery ayah sama bunda." Lanjut nya, nada yang terdengar bergetar.

Ares mengelus pucuk rambut anak nya.

Halus sekali.

Eza terlena, mata nya memanas. Dia menatap lekat manik sang ayah, "Dengar ayah Eza," Ares mulai mencoba memberikan pengertian, "Eza bisa dan boleh banget ikutan acara ini. Tapi ayah minta, jangan kamu pake jas copel ini ya? Karna kan ini khusus untuk keluarga—"

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang