17. Dibanding-bandingkan

2.3K 276 16
                                    

Vote dulu yuk!

"Heh! Bangun kamu! Malah enak-enak kan, Tidur!"

Mata lelaki itu mulai terbuka, seiring rintihan kecil.
Dengan sayup sayup mata nya memandang kearah depan. Bunda, wanita itu bersedekap dada. Dengan raut wajah yang merah padam dia dengan tega nya menedang kecil badan Eza.

Eza mendudukan diri nya, pandangan nya berbayang. Mungkin, ini efek semalam. Dia mendongak menatap bunda penuh tanya. "Kenapa, Bun?"

"Kenapa kamu bilang!? Gak lihat ini jam berapa? Masak sana!" Mara menoyor kepala Eza lalu melenggang pergi.

Eza menghela nafas berat. Dia mencari pegangan untuk berjalan. Badan nya masih sangat lemas. Dia mendekat kan diri kearah nakas untuk meminum segelas air.

~°●°~

Puk..

Bunyi cangkang telur yang bertemu. Untuk sarapan kali ini Eza memilih untuk mengoreng telur. Dia hanya bisa memasak yang simpel, untuk sekarang.
Menanak nasi di magic com membuat nya sedikit terbantu.

Eza meniris kan beberapa potongan telur yang sudah tergoreng rapi. Aroma nya mengugah selera untuk makan. Diletakan nya di meja makan berserta  nasi nya.

Mara turun menuruni anak tangga dengan bergandeng tangan dengan Satria. Tak lama kemudian Ares menyusul.

"Udah siap, Bun. Bang?"

Mara dan Satria kompak menganguk, Eza menoleh kearah Mereka bertiga. "Mau kemana Bun?" Tanya Eza.

Dari raut wajah nya Mara, dia sangat terlihat bahagia. Terlebih lagi dengan Satria yang pagi ini terlihat lebih ceria. Tambah bingung dong si Eza. "Bunda, Ayah, sama Abang mu. Mau Ke RS untuk beberapa hari,"

"Ngapain Ke Rs? Ada yang sakit?"

Satria berdiri dari duduk nya. "Gue dapet donor mata Za, gue seneng banget. Nanti kalo gue udah bisa ngelihat lagi. Lo gue temuin sama cewe gue biar kalian bisa kenalan." Umbar nya bahagia. "Udah bun, Yah. Ayok buruan aku udah gak sabar." Lanjut nya dengan semangat yang membara.

"Kamu dirumah aja, Za. Jaga rumah! Jangan keluyuran.."

Eza menganguk, dalam hati nya dia bersyukur ada orang yang mau mendonorkan mata nya untuk Satria. Sebentar lagi Satria bisa kembali seperti semula.

"Gak sarapan dulu, Bun?" Eza meletakan piring putih di atas meja, Mara mengeleng. "Udah gak sempet, nanti aja. Beli makanan di restoran," Mara nampak melihat angkuh kearah meja makan. "Lagian, kamu masak apa Sih Za, gak mengugah selera Bunda banget."

Ares meminum air putih yang tersedia, lalu ia bergegas keluar tanpa sepatah kata. Lalu Mara mengikuti dengan mengandeng Satria. Kala anggota keluarga nya telah hilang dari pandangan mata. Eza mendudukan diri kebangku meja makan.

"Kalau mau makan di Resto, kenapa nyuruh aku masak. Aneh banget," Eza menghela nafas pasrah. Ditatap nya makanan yang tersedia diatas meja, "Alhamdulilah, bunda sama ayah keluar. Aku bisa istirahat untuk beberapa waktu. Makanan nya nanti juga habis."

Dilangkahkan kaki menuju ruang tv, menyetel nya lalu duduk di sofa yang tersedia. Eza mulai memencet remot untuk memilih siaran yang menarik.

Saking lelah nya atau apa, Eza sampai terlelap di sofa itu. Dengan posisi menyender Sofa. Dengkuran halus terdengar, diiringi suara tv yang beralun. Adegan itu berjalan sekitar 4 sampai 5 jam.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang