I

125 32 2
                                    

4 tahun kemudian.

Suara ketukan pintu kamar membuat seorang anak perempuan terbangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan mata dan melihat seorang wanita berambut coklat masuk ke dalam kamar sembari meletakkan seragam sekolah di samping tempat tidur anak itu.

"Bagaimana tidurmu semalam?" tanyanya dengan berjalan mengarah ke jendela kamar untuk membuka gorden.

Anak itu terdiam menyender dengan bola mata yang bergerak seraya memperhatikan wanita tersebut tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya.

"Bersiaplah, mama dan papa akan mengantarkanmu sekolah," serunya sembari tersenyum.

"Tidak perlu--" potong anak itu dengan cepat.

"Kenapa?" tanya sang ibu.

"Aku--aku bisa berjalan menaiki bis yang ada di halte. Kalian tidak perlu mengantarkanku," ujarnya yang tampak terlihat tergesa-gesa turun dari tempat tidur untuk segera bersiap-siap ke sekolah.

🔱🔱🔱

"Perlukah mengenakan lipstik setebal itu?" tanya Mia yang menyender pada ambang pintu kamar anaknya.

Emily tertawa kecil dan melihat ibunya dari pantulan kaca rias, "Lipstik ini tidak terlihat tebal, ma."

"Tanpa riasan di wajahmu, kau sudah begitu cantik, Emily," tuturnya.

Emily memutar tubuhnya ke belakang setelah itu bangkit dari kursi. "Aku harus tampak segar di hari pertamaku bekerja."

Mendengar jawaban tersebut, senyum di bibir Mia terulas. Anak tunggal dari pernikahannya dengan mendiang Daniel, kini sudah tampak terlihat dewasa. Namun bagi Mia, Emily tetaplah perempuan kecil manis yang sering kali menghabiskan waktunya dengan menggambar.

"Aku harus berangkat sekarang," seru Emily setelah dia melihat jam di tangannya.

"Tidak-tidak. Kau harus sarapan terlebih dahulu," pinta ibunya.

"Ma--"

"Tidak," potong Mia cepat. "Aku akan menegur mereka yang berusaha memarahimu hanya karena kau terpaksa melewatkan sarapan pagi bersama keluarga."

"Bagaimana jika sarapan pagiku dimasukkan ke dalam kotak bekal?" pinta Emily.

"Dan kau akan membiarkan mamamu ini menikmati sarapannya seorang diri?" tanya Mia.

Emily menatap kedua mata ibunya lalu menghela napas. "Baiklah, baik."

🔱🔱🔱

Kota Corolado tampak terlihat sibuk dari biasanya. Banyaknya mobil lalu-lalang di sekitar wilayah gedung perkantoran, membuat mereka selalu mendengar bunyi suara klakson dari beberapa jenis kendaraan. Dari arah kejauhan, tampak sebuah bis berhenti melaju ketika tiba di halte untuk menurunkan beberapa penumpang termasuk seorang pria berparas tampan yang tidak lain adalah Felix.

Dia berjalan ke arah sebuah gedung kriminologi terbaik di kotanya akan tetapi langkah kaki Felix terhenti ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan gedung yang setelah itu memperlihatkan seorang wanita keluar dari dalam mobil tersebut.

"Emily!" teriak Felix sembari melambai.

Emily menoleh ke belakang dan melihat pria itu berjalan ke arahnya.

"Kukira sedaritadi kau sudah tiba," ujar Felix yang mulai berjalan masuk ke dalam gedung kriminologi.

"Mama memintaku untuk menikmati sarapan kami sebelum aku berangkat kerja," balasnya.

"Apakah dia akan tetap bekerja di rumah sakit itu?"

Emily mengangguk, "Dia enggan berdiam diri di dalam rumah. Dia tidak ingin merasa kesepian."

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang